21. Aku Janji

271 15 3
                                    

Holla,
Ayo vote dan kalau bisa komen juga💜





##







"Mines lagi?"

Reyhan mengangguk, tersenyum miris. "Yoi. Lo enggak?"

Asep tersenyum miris. "Mana mungkin enggak, sama aja, sialan! Mana gue masih ada tunggakan kampus. Kebayang kalau gue udah nikah kaya lo, beban gue pasti makin gede."

Reyhan tertawa canggung, melirik Asep teman kerjanya membenarkan. "Jelas lah, tapi enak tiap malem ada yang bisa dipeluk."

"Lo pikir gue gak ada?" Asep tertawa mengejek. "Kosan cewek gue disebelah, minta jatah tiap malam juga dikasih.".

"Sialan!" Reyhan menonjok bahu temannya itu. "Nikah dulu bro, baru kawin kaya gue!"

Asep ngakak. "Ngapain repot-repot nikah kalau bisa kawin tiap malem."

"Emang sesat lu mah!"

Setelah itu mereka berdua tertawa.
Asep memang salah satu teman dekatnya di tempat kerja. Reyhan adalah tipe orang yang mudah bergaul dan akrab dengan siapapun. Selain Asep, ada beberapa orang lain lagi yang menjadi teman dekatnya di tempat kerja.

Hari ini dia gajian, seperti dalam obrolan tadi, gajinya seperti biasa selalu mines terpotong ini-itu. Kerja di tempat seperti ini memang banyak ruginya, siapapun yang berbuat ulah tapi tetap gaji karyawan yang selalu menjadi korban.

"Rey," panggil Caca salah satu teman kerjanya dengan malu-malu.

"Iya, apa Ca?"

"Cie .... antara diajak jalan atau mau nembak," bisik Asep yang langsung Reyhan geplak kepalanya.

Dia tidak bodo, dia peka kalau Caca selama ini suka padanya. Bukannya Reyhan selama ini jual mahal, Caca cantik kok tapi bahkan sebelum menikah, pikirannya terlalu sibuk dengan banyak beban sampai tidak terpikir untuk berpacaran dahulu. Hidupnya terasa lebih enjoy saat single waktu itu, dia tidak perlu ikut drama orang pacaran yang selalu banyak masalah itu.

Apalagi sekarang, saat dia sudah menikah. Walaupun selain Asep, tidak ada yang tahu jika dia sudah menikah. Bukannya dia menyembunyikan, tapi memang tidak ada yang bertanya. Mana mungkin kan, dia berteriak membuat pengunjung juga harus tahu jika dia sudah menikah. Memang dirinya siapa? Bukan artis juga, hanya cowok tampan yang terjebak dalam kehidupan miskin.

Ngomong-ngomong kapan sih, Bapak ngaku kalau mereka kaya seperti orang di Cina itu? Eh?

"Rey, mau nonton sama aku?" tanya Caca malu-malu lagi.

Reyhan tersenyum, kemudian menggeleng. "Sorry Ca, gue gak bisa soalnya ada acara abis ini."

Rencananya, dia akan mengajak Ayana pulang ke rumah orangtuanya untuk secara resmi memperkenalkan Ayana. Mumpung dia habis gajian, jadi bisa bawa oleh-oleh. Ini langkah awal membuat Ayana bisa diterima oleh keluarganya.

Ayana sendiri sudah tahu, gadis itu menjadi lebih gugup sedari tadi tidak tenang. Mungkin, karena dia tahu sikap ibu seperti apa saat di rumah sakit waktu itu.

"Lama!" sambut Ayana saat Reyhan membuka pintu kosan.

"Welcome back Sayang, mau makan nasi apa makan aku? Nah, harusnya kamu gitu nyambut suami pulang kerja." Reyhan terkekeh, melempar tas kerjanya sembarang.

"Kebiasaan," cibir Ayana sembari mengambil tas Reyhan kemudian digantungkan di pintu. "Emang makan aku gimana?"

Reyhan melirik Ayana, memastikan dia tidak tahu apa sedang menggodanya. Tapi raut wajah gadis itu, seolah benar-benar tidak tahu. "Beneran nanya gak tahu?"

MENIKAH JALUR EXPRESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang