Holla,
Ayo klik vote dulu sebelum lanjut baca 🌟**
"Heran gue sama orang kaya, ada aja cara buat buang duit?"
Reyhan kali ini setuju atas pendapat Dion. Dia juga sangat merasa heran, melihat orang-orang di arena ini yang isinya anak orang kaya yang selalu menghambur-hamburkan uang demi ego harga diri dalam sebuah taruhan.
Reyhan juga tidak bisa men-judge langsung karena dia tidak pernah merasakan hidup mereka. Mungkin jika dia terlahir kaya, dia bahkan akan menaiki pesawat pribadi saat berangkat dan pulang sekolah. Manusia memang tidak lepas dari sifat sombong seperti Dion, contohnya.
Sayangnya, sedari kecil hidupnya terlalu pas-pasan, bahkan bisa dibilang serba kekurangan. Sedari kecil, setiap makan selalu dijatah sehari hanya bisa dua kali dengan nasi satu porsi kecil, beda dengan mereka yang sekali makan mungkin bisa setara sebulan biaya hidup keluarganya.
Reyhan bahkan sudah terbiasa ke sekolah jarang mendapatkan uang jajan, menaiki angkot atau berjalan kaki, terbiasa bekerja kuli apa saja demi sepeser uang dari masa sekolah, terbiasa banyak mengalah demi adik-adik. Dia memang tidak akan pernah paham kehidupan orang-orang kaya yang saat menginginkan apapun, hanya cukup menjentikkan jari.
"Ayo Rey, siap. Geng Bara udah nungguin lo, mau kasih pengarahan bentar katanya," ujar Bima yang tiba-tiba sudah bergabung dengan Dion, padahal mereka tadi sudah pergi berbaur kemana-mana.
Reyhan menarik napas, masih tidak menyangka akan berada di tempat ini lagi malam ini. Padahal dulu dia pernah berjanji tidak akan pernah datang lagi ke tempat ini. Terlalu beresiko dan berbahaya, Reyhan tidak mau mengambil itu. Beda dengan anak-anak orang kaya itu, sekalipun masuk penjara masa depan mereka akan tetap terjamin dengan harta orangtuanya. Sedang dirinya, masa depan yang belum jelas ini akan bertambah suram jika dia tiba-tiba terlibat sebuah kasus.
Kenakalan terbesar yang mungkin pernah Reyhan lakukan yaitu hanya tawuran. Selebihnya, dia banyak menghindar dari hal-hal yang berbau kriminal.
"Rey, thanks udah mau datang. Sistemnya masih sama kaya dulu. Kita tanding per-tim, terus bergiliran satu lawan satu. Menang atau kalah, tergantung dari tim mana yang lebih banyak menang," kata Bara menjelaskan.
Reyhan mengangguk mengerti. Saat ini dirinya sedang dikelilingi teman-teman Bara untuk diberikan briefing sebelum bertanding.
"Taruhannya berapa sekarang?" tanya Bima yang seolah mewakili isi hati Reyhan.
"100 juta. Berarti kalau menang dibagi 5 dapat 20 juta," jawab salah satu lelaki di sana yang Reyhan tidak mengenalnya itu siapa.
"Buat lo Rey khusus karena udah mau gantiin temen kita, tetep bakal dapat duit setengahnya kalaupun kita kalah," tambah Bara yang semakin membuat Reyhan lega.
"Tapi gak papa nih, gue gak ikut patungan?" Reyhan lumayan tidak enak, tapi banyak enaknya.
Seketika setelah Reyhan bertanya itu, semua orang di sana langsung tertawa termasuk Bima.
"Kalau lo ikut patungan, mau pakai apaan? Sempak?" Dion sudah bertos ria dengan Bima. Sialan mereka!
"Tenang aja Bro, si Bara yang bayarin ini semua, kok." Sebuah tangan merangkul bahunya. Saat menoleh, Reyhan masih tidak mengenalinya. Dia memang tidak mengenal siapapun di sini kecuali Bara. Tahu wajah, tapi tidak tahu nama.
Reyhan kemudian ikut tertawa canggung bersama mereka. Semakin enak lah jadi dia. Mau menang atau kalah, dia tidak rugi apapun. Mungkin, jika ceroboh dia hanya pulang tinggal nama saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENIKAH JALUR EXPRESS
RomantizmWarning 21+ Reyhan Ilham, cowok 19 tahun yang sekarang sedang sibuk bekerja menjadi pramuniaga minimarket, suka nongkrong di bengkel teman karena hobi mekanik, sayangnya gak lanjut kuliah karena tidak ada uang. Suatu hari pergi liburan ke Bandung k...