20. Cerita

352 17 2
                                    

Hello,
ayo vote dan kalau bisa komen, yah. Itu bisa bikin semangat nulis 💜🙏






**







Setelah puas berburu makanan di pinggir jalan, perut mereka akhirnya sudah kenyang. Awalnya mereka hanya berniat makan bakso, kemudian lanjut makan nasi goreng, ayam bakar dan terakhir membeli jajanan seperti cilok, cireng, dan sejenisnya.

Ayana sudah mandi, sedang Reyhan sedang mandi karena tadi dia kalah taruhan. Memangnya, apa yang bisa diharapkan dari hubungan mereka setelah sering berciuman akan menjadi romantis, begitu? Tidak mungkin, setiap hal masih sering diperdebatkan.

"Bagaimana kalau dia datang lagi?" Ayana memasukan satu cilok ke mulutnya, tapi pikiran dia sedang berkecamuk.

Tadi saat mereka di luar, Ayana sempat lupa, tapi sekarang saat di kosan entah kenapa dia teringat lagi. Takut lagi. Lelaki itu sudah sering berusaha untuk melecehkannya dari Ayana berumur 10 tahun tanpa dia sadari. Walaupun entah kenapa beruntungnya selalu gagal, selalu ada hal yang membuat itu tidak pernah terjadi. Tapi tetapi saja, bagi Ayana gagal atau tidak, semua kejadian yang berhubungan dengan lelaki itu terasa menakutkan.

Dia yang sedang patah, bertemu seseorang yang dianggap pelindung tapi ternyata malah melukainya. Dulu, dia pikir semua perhatian lelaki itu adalah memang bentuk sayang seorang saudara. Setelah makin dewasa dia baru sadar, perilaku itu tidak benar. Sentuhannya, pelukannya bukan mengarah ke rasa sayang saudara, melainkan lawan jenis.

"Ngelamun mulu, kesurupan gue video biar viral, siapa tahu langsung diundang tivi terus dapat duit."

Ayana menoleh, menatap tajam kemudian dia menjerit. "Porno, kenapa pakai handuk doang?"

"Kan, habis mandi, masa aku pakai karung," jawab Reyhan santai sedang memilih baju.

"Bukan gitu! Biasanya kan, pakai baju di kamar mandi!"

Reyhan terkekeh. "Lupa bawa baju sama handuk. Ini aja handuk olahraga, pendek banget."

"Bodo amat, sana pergi ke kamar mandi!" Ayana mengintip disela jarinya, kemudian mengangguk. "Pantesan kelihatan, handuknya pendek banget."

Reyhan terkekeh. "Selain pendek, handuk ini membuat aku jadi sexi."

Kemudian, Reyhan berpose ala model dengan berbagai gaya. Sesaat Ayana terdiam, kemudian dia sadar langsung menutup kembali seluruh wajahnya. Dia melemparkan bantal ke arah Reyhan.

"Dasar cabul, mati aja sana!"

Reyhan semakin tertawa. "Tapi sexi, kan? Suka, kan? Walaupun roti sobek aku belum terbentuk sempurna tapi segini udah ok, kan?"

"Jablay dasar!" Sekarang, Ayana sudah melempari Reyhan dengan sapu.

"Gak papa kalau mau lihat, lihat aja. Gak usah bringas malu-malu gitu." Seperti biasa, Reyhan belum puas menggoda Ayana, masih berlenggak-lenggok seperti model.

"Reyhan, jablay! Pergi sana!" Ayana sudah benar-benar frustasi, tapi sesekali masih mengintip kemudian tak habis pikir dengan manusia seperti Reyhan.

"Ampun!" Reyhan tertawa ngakak, kemudian pergi ke kamar mandi.

"Cowok jablay dasar." Kemudian Ayana memegang wajahnya malu. "Tapi badannya memang bagus. Apaan sih, mikir gituan!"

Setelah beberapa menit, Reyhan sudah keluar dari kamar mandi dengan berpakaian lengkap.

"Mau cilor dong!"

Ayana sudah menyerahkan sekantong cilor ke Reyhan. "Awas pedes."

"Siap, aku suka yang pedas-pedas seperti bibir kamu," jawab Reyhan sembari mengedipkan matanya menggoda.

MENIKAH JALUR EXPRESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang