11. Amanogawa: Pemakaman Hulu

30 3 2
                                    

#fantasi, thriller, drama, folklor---spin off Konstelasi Baru

-Prompt BPC: Retelling cerita rakyat
-Prompt MA: Montaks mistery box

***

Koma artinya singa, dikenal sebagai simbol kekuasaan. Inu artinya anjing, disimbolkan sebagai bentuk kesetiaan. Persilangan kedua hewan itu melahirkan komainu. Satu dengan mulut menganga, aumannya dapat mengusir roh jahat. Sementara yang lain dengan mata menajam, bertugas menjaga kebahagiaan dalam cakupan radarnya.

 Sementara yang lain dengan mata menajam, bertugas menjaga kebahagiaan dalam cakupan radarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak tahu dari mana dia berasal, dan mengapa seolah tahu segalanya. Namun, komainu datang berpasangan untuk menemui jiwa yang masih menjaga kesucian. Mereka menjelajahi mimpi para perawan, kemudian menawarkan kunjungan ke dunia miliknya, tempat menciptakan mimpi baru nun jauh dari realita kelam. Namun, dia berbohong.

Sudah bertahun-tahun Alin berada dalam relativitas tak berujung. Tersesat pada alur waktu acak hingga lupa dari mana asalnya, dan ke mana harus kembali. Tunggang langgang ia berlari di hutan antah-berantah. Satu-satunya jalan yang membawanya melangkah hanyalah sinar rembulan di langit berbintang, berpilar pepohonan bambu tiada penghujung.

Sesekali, batang berongganya bergoyang mengikuti desau angin yang entah mengapa terasa lebih dingin, lebih mencekam dari malam musim panas lainnya. Tubuhnya luruh sebab ngilu menusuk tulang. "Tidak, aku tidak ingin mati," gumamnya dengan tersengal sembari menggeleng penuh penegasan.

Serta-merta Alin beringsut, memaksa kaki menggigil untuk melakukan pelarian. Biasanya ia akan senang bermain lari-larian atau petak umpet, tetapi kali ini berbeda. Lebih frustrasi lagi karena paruh perjalanan terhalang oleh bentangan sungai, sementara di seberang sana selalu pohon bambu menyambut 'lagi'.

Barangkali, bukan dinginlah yang membuatnya menggigil, tetapi mata-mata dengan tatapan liar di balik pepohonan. Ia tidak mau tubuhnya direnggut, sebab belum mencicipi banyak rasa untuk dibawa pada tangan kematian. "Aku belum mencicipi manju yang katanya punya rasa seperti kenangan manis itu, loh. Rasaku pahit. Lebih enak jika mengambil kehidupan dari orang bahagia," katanya mencoba peruntungan.

Terdengar konyol, tetapi Dewa Langit telah menjanjikan takaran hidup pada manusia. Ia sudah mengambil bagian kesedihan, tinggal kebahagiaan. Sayup-sayup terdengar suara menyahuti, "Jangan berbohong." Ucapan itu seakan bergaung di dalam otaknya, "Aku bisa membaca isi pikiran. Bilamana kehidupanmu penuh kepahitan, kamu tidak mungkin bertahan hidup sampai detik ini."

"Y-ya, aku ...." Napasnya sesak. Tatapannya memburam karena genangan air mata. Nostalgia kembali terbayang tatkala ia menyerah pada kehidupan. Namun, ketika kematian itu datang, ia justru takut mengalami sakit yang lebih parah. Alhasil, jiwanya pun tersesat di antara kesadaran. "Aku pernah bunuh diri."

BibliosmiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang