1. Sang Penjemput

77 6 2
                                    

#sekolah, medis, supernatural, misteri

Prompt: Karya fiksi dari gabungan kisah nyata
Tugas dari We Are BeLiEVe

***

Shima dan Rie menjalin hubungan persahabatan. Perbedaan usia di antara mereka, membuat Shima menganggap Rie sudah seperti adiknya. Keduanya kerap memiliki pemikiran yang sama, sehingga selalu berjalan bersisian dalam menempuh masa-masa sekolah.

Keduanya hanya ingin belajar tanpa dipusingkan dengan ekstrakurikuler, tetapi di jenjang SMK pihak sekolah justru mengimbau siswa-siswi untuk mengikuti minimal satu ekstrakulikuler. Alhasil, keduanya pun memasuki PMR.

Alasannya, sangat sederhana. Anggota PMR berdiri di belakang saat upacara bendera, untuk meninjau siswa-siswi yang sakit dalam barisan. Karenanya, mereka merasa rindang kala keberlangsungan upacara. Jika waktu istirahat tiba, mereka juga bisa masuk ke Ruang PMR yang terasa damai, tanpa suara bising di sekitar.

Suatu hari, Rie merasa tidak enak badan. Karena sakitnya sudah tak bisa diatasi oleh anggota PMR, Shima mengantarkan Rie segera pulang. Namun, keberadaan lampu merah, membuat mereka sedikit lebih lama menunggu.

"Kak, aku pengen jajan," ujar Rie dengan suara parau. Ekor matanya mengarahkan Shima ke sebuah toko kudapan, yang berada di pinggir jalan.

Selagi lampu merah berlangsung, Shima pun segera menyeberang menuju toko. Sampai di sana, Shima kebingungan memilih kudapan yang tampak beragam itu. Hingga pelayan berbicara dengan ramah, "Kue bolu cocok untuk mengganjal perut kalian."

"Ah, bukan itu masalahnya." Shima menggaruk tengkuk yang tak gatal. "Adikku lagi sakit. Jadi, aku agak kesulitan milih kudapan yang cocok untuk dimakan."

"Kue tradisional aman dimakan waktu sarapan, kok." Usai membungkus kue tersebut, Pelayan segera memberikannya kepada Shima. Ia menerbitkan senyumnya. "Cobalah berpikir positif. Sebentar lagi, adikmu akan sembuh."

Shima menerima bungkusan itu dengan ragu. Ia melambai kepada pelayan, sebelum berlalu dari situ. Namun, ketika berbalik ke lampu merah, jalanan terlihat sangat sepi. Sejauh mata memandang, Shima juga tidak menemukan sosok Rie. Sebab Rie sudah sembuh, persis dengan perkataan pelayan.

Rie telah pergi bersama pelayan, yang merupakan Sang Penjemput. Lampu merah inilah, penghubung jalan itu. Dan kerpergian Rie menyadarkan Shima, bahwa dalam PMR bukan kenyamana yang dicari, melainkan menjadi sukarelawan untuk mengobati mereka yang sakit.

A/N

Bikin cerita pake nama sendiri ternyata aneh pas dibaca ulang.

@shima_alqie
Minggu, 27 November 2022

BibliosmiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang