5. Pria Putih Salju

47 7 11
                                        

#fantasi, dongeng, hikayat---side story Konstelasi Baru

-Prompt BPC: Tiba-tiba iseka ke dalam dongeng/cerita rakyat
-Prompt MA: Apa itu menulis bagimu?

***

Memiliki pribadi pendiam, membuat tidak banyak yang orang ketahui tentang dirinya. Selain ia Aldian Brasatya, dikenal sebagai Pria Putih Salju.

Ada seorang putri dengan kulit seputih salju, ia terlelap ketika memakan apel beracun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada seorang putri dengan kulit seputih salju, ia terlelap ketika memakan apel beracun. Lucunya, Aldian memiliki kisah serupa dengan putri tersebut. Namun, nasibnya lebih malang dari itu. Tak ada tempat berkeluh kesah, selain dituangkan menjadi sebuah cerita. Kisah dalam dongeng memang lebih menarik, tetapi Aldian memiliki versinya sendiri ....

Terlahir dengan kondisi kelainan genetik, membuat fisik Aldian terlampau putih. Ia sangat rentan terhadap sinar matahari. Hingga saat upacara pasca libur panjang berlangsung, ketahanan tubuh Aldian melemah. Ia berkali-kali menyeka peluh di pelipis, kemudian beralih menghalau sinar matahari dengan punggung tangannya.

"Turunkan tanganmu! Pengibaran bendera sudah berlalu," seruan dari kepala sekolah menggema dari pantulan mikrofon, membuat mata siswa-siswi menyelisik siapa yang melakukannya pada barisan terdepan.

Akan tetapi, konflik personal membuat pendengaran Aldian senyap akan suara. Kulit putihnya yang terpapar sinar matahari kian memerah. Dari balik ruam merah itu timbul terjangan rasa gatal, saat digaruk justru menimbulkan sebuah ... sisik. Aldian kepayahan, kepalanya pun kini terasa berkunang-kunang ....

Ada jarak waktu tipis sebelum ia mengambil kesadaran, dan menyadari keberadaannya sudah bukan di tengah lapangan upacara nan terik lagi. Batinnya merasa lega, tetapi ia bertanya-tanya, "D-di mana aku?"

Udara di sini justru terasa begitu dingin. Aldian menggigil, gigi-giginya pun saling bergesekan. Almamater yang dikenakan tadi ikut menghilang bersama dengan kepergian kemari. Kini, ia hanya dapat memeluk diri sendiri, sambil bernaung di bawah daun besar dengan dahan merunduk.

Hari sudah senja. Titik-titik air hujan ikut membuyur tubuh tak berdaya Aldian. Seharusnya ia lega, karena sentuhan suhu dingin membuat kondisi fisiknya menjadi sedikit lebih baik. Namun, karena hal itu pula Aldian semakin merutuk, tatkala menyadari perbedaan antara ia dan putri dalam dongeng.

"Putri itu memiliki kulit yang indah, sehingga diberi gelar putih salju." Ia tersenyum getir. "Sedangkan aku memiliki kulit putih yang rentan dan bersisik."

Itu perumpamaan terburuk. Kenyataannya, ia memang dianggap abnormal karena kelainan genetik. Hanya saja, ia tidak mau terus larut dalam ringkukan. Aldian pun berjalan menyusuri hutan untuk mencari jalan keluar, lantas menyelisik ke sana kemari di antara hujan.

Aldian sudah berjalan cukup jauh. Kini ia sampai di pesisir sungai Kahayan. Ada sebuah jejak kaki yang tak tertutup air hujan, menandakan seseorang masih baru saja melewati jalan setapak itu. "Semoga ia masih di sana," gumam Aldian penuh harap untuk menanyainya jalan keluar.

BibliosmiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang