Kertas-kertas bertebaran di sebuah meja yang ada di dalam kamar. Sang pemilik kamar pun nampak tertidur di atas meja dengan komputer yang masih menyala.
Beberapa saat kemudian tidurnya terganggu kala ponselnya berdering. Tanpa sadar tangannya bergerak mencari benda berbentuk pipih itu. Tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang meneleponnya pagi-pagi sekali, ia menggeser tombol hijau dan menempelkan ponselnya di telinga kanannya.
"Halo.." Ucapnya dengan suara serak ciri khas orang baru bangun.
"Yaakk, Kim Jisoo.. Cepat datang ke kantor dan bawa revisi naskahmu!!"
Ya, dialah Kim Jisoo.
Gadis yang tahun depan genap berusia tiga puluh tahun.
Kim Jisoo bekerja di sebuah rumah produksi pembuat drama dan film sebagai penulis naskah. Tak sedikit drama atau film yang diproduksi oleh perusahaan tempatnya bekerja merupakan drama dan film laris di pasaran.
Mendengar teriakan dari seberang telpon lantas membuat Jisoo segera membuka matanya lebar-lebar dan ia melirik ke arah jam yang ada di ponselnya.
Jisoo segera melompat ketika menyadari bahwa dirinya bangun kesiangan.
"Hei, Kim Jisoo.. Kau masih mendengarkanku, kan?"
Jisoo kembali menempelkan ponsel pada telinganya. "Ya, Daerinim, saya masih disini."
"Cepat datang ke kantor," Teriak sang manajer dari seberang telpon. "Jika sampai tiga puluh menit kau tidak datang, siapkan saja surat pengunduran dirimu!!"
"Tapi, Daerinim--"
Jisoo tak melanjutkan ucapannya karena si manajer sudah lebih dulu memutuskan panggilan telponnya.
Tanpa menghabiskan waktu lebih lama lagi, Jisoo segera berlari ke kamar mandi untuk bersiap ke kantor.
Bukan sekali atau dua kali Jisoo datang terlambat ke kantor. Alasannya tetap sama, ia begadang hingga fajar untuk menyelesaikan naskah yang sedang ia kerjakan. Tentu saja sang manajer masih memberinya kesempatan, karena hampir semua naskah hasil tulisan Jisoo adalah drama dan film laris. Dari situlah perusahaannya mendapatkan banyak keuntungan hingga memberi sedikit kelonggaran khusus untuk Jisoo. Dan tentu saja ucapan manajernya tentang surat pengunduran diri hanyalah gertakan semata karena perusahaan tentu tak ingin kehilangan penulis naskah berbakat seperti Kim Jisoo.
Setelah penampilannya sudah rapi dan siap ke kantor, Jisoo mengambil satu bendel kertas yang berisi naskah hasil ia lembur semalam.
Saat baru keluar dari kamar, Jisoo langsung disambut oleh celotehan sang ibu. "Kau pasti terlambat lagi!" Ocehnya. "Sejak tadi ibu mengetuk pintu kamarmu, tapi kau tidak bangun juga. Pintumu juga terkunci."
Jisoo hanya menyengir merespon ocehan wanita yang telah melahirkannya itu.
"Ini makanlah!" Perintah Park Eunji, ibu Jisoo kepada sang putri.
"Aku makan di kantor saja nanti, bu," ucap Jisoo sambil meraih kunci mobilnya yang terletak di laci bawah tv. "Aku sudah terlambat."
"Kau ini!!" Dengus Eunji yang sudah hafal tabiat sang anak jika terlambat ke kantor, pasti tidak akan sarapan di rumah hingga ia sudah membungkus sandwich. "Bawa ini untuk kau makan di mobil!"
"Terima kasih, bu," Jisoo menerima sandwich itu lalu mencium pipi sang ibu. "Aku pergi dulu."
"Hati-hati.."
Tak ada sahutan lagi dari Jisoo karena gadis itu sudah menghilang di balik pintu.
Eunji hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak bungsunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Home
FanfictionKim Seokjin dan Kim Jisoo adalah sepasang kekasih sebelum sebuah peristiwa naas terjadi hingga memisahkan keduanya. Dan di masa kini keduanya kembali dipertemukan namun dengan kondisi yang berbeda. Bagaimana kelanjutan kisah cinta mereka yang sempat...