12. Two love's Declaration from Two Different Men

150 22 6
                                    

Beberapa orang berkumpul di ruangan VIP yang ada di sebuah restoran. Diantaranya ada Jisoo dan bosnya kemudian dari pihak Seokjin ditemani oleh Jungkook dan manajer Seokjin.

Kedua pihak sengaja merencanakan pertemuan ini untuk meluruskan film yang akan dibintangi oleh Seokjin dimana Jisoo sempat berkata bahwa ia akan mundur dari proses pembuatan film tersebut.

"Sebelumnya saya sangat berterima kasih karena Kim Seokjin mau bermain di film garapan rumah produksi kami," ucap Jiah. "Dan saya juga berharap kalian bermurah hati untuk memaafkan Kim Jisoo karena ia sempat menolak untuk terlibat dalam pembuatan film ini."

"Kalian mau memaafkannya, kan, Kim Seokjin-ssi?" Lanjut Jiah dengan pandangan yang tertuju pada sosok Kim Seokjin.

"Perlu anda ketahui bahwa artis kami cenderung menyimpan dendam--" Jungkook pun bungkam seketika, ia tak melanjutkan ucapannya ketika mendapatkan tatapan tajam dari Seokjin. Jungkook yang mendapatkan tatapan tajam dari Seokjin pun langsung salah tingkah, ia segera berdeham dam meraih gelas miliknya dan meneguknya.

Sekitar lima detik menatap tajam ke arah Jisoo, kemudian Seokjin langsung merubah ekspresi wajahnya. Ia menyunggingkan senyum terbaiknya di hadapan Jisoo dan bosnya. "Tentu saja aku akan memaafkannya."

"Astaga, ternyata kau baik sekali, Kim Seokjin-ssi," sahut Jiah kegirangan, ia pikir Seokjin akan merajuk dan mundur untuk menjadi pemeran film di rumah produksinya. "Sudah tampan, baik pula."

Setelah mendengar pujian dari Jiah, lantas Seokjin melirik ke arah Jisoo. Dari sudut pandangnya nampak jelas bahwa Jisoo terlihat seperti muak dengan pujian berlebihan dari Jiah untuk Seokjin. Terlihat bahwa Jisoo berdecih. Beruntung hanya Seokjin yang menyadarinya.

Setelah meluruskan kesalahan yang terjadi sebelumnya, akhirnya mereka menikmati makan malam yang sudah disajikan oleh pelayan tadi. Ada banyak menu yang tersaji di atas meja. Semua orang yang ada di ruangan itu nampak antusias melahap semua sajian untuk mereka. Dan sambil melahap makan malam, mereka juga berbincang tentang persiapan film yang akan segera mereka kerjakan itu.

Jika yang lainnya sibuk menikmati hidangan dan berbincang, lain halnya dengan Seokjin. Pria berbahu lebar itu sibuk dengan dunianya sendiri. Sejak tadi tatapannya tak lepas sama sekali ke arah Jisoo.

Jika sebelumnya Jisoo fokus pada hidangannya, beberapa saat kemudian ia mulai sadar bahwa Seokjin sejak tadi menatapnya. Lantas Jisoo meneguk airnya terlebih dahulu sebelum membalas tatapan Seokjin. Dari apa yang Jisoo lihat, Seokjin seperti menyimpan banyak pertanyaan di dalam pikirannya.

Jisoo memberi kode kepada Seokjin seakan bertanya 'apa yang ingin kau katakan'.

Paham, Seokjin pun berdeham sebelum berbicara. "Ngomong-ngomong, apakah akhir dari film itu masih bisa dirubah?"

Pertanyaan Seokjin untuk Jisoo ini membuat semua orang yang ada disana beralih kepada Seokjin.

"Memangnya ada apa dengan akhir ceritanya?" Sahut Manajer Seokjin yang memang tak tau bagaimana alur cerita dari filmnya.

Seokjin menatap ke arah manajernya. "Itu.." ia menggantungkan kalimatnya lalu sedetik kemudian tatapan beralih pada Jisoo. "Akhir ceritanya cukup menyedihkan."

"Ah, aku paham," sahut manejernya Seokjin lagi. "Di ceritanya tokoh utamanya tidak bersama begitu, kan?"

"Banyak orang yang akan tidak suka jika berakhir menyedihkan," kini Nyonya Jiah ikut menyahut. "Karena hidup mereka sudah cukup menyedihkan. Begitu maksudmu?"

"Kurasa--"

"Akhir cerita di film ini sudah yang terbaik untuk tokoh utama." Suara Jisoo memotong Seokjin yang hendak bersuara.

You're My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang