5. Never Give Up

191 30 3
                                    

Tahun 2016

Masih mengagumi dalam diam, Seokjin setiap harinya selalu mencoba untuk bisa berangkat dan pulang bersama dengan Jisoo. Sifatnya introvert yang ia miliki membuat dirinya tak bisa mencurahkan isi hatinya kepada sang pujaan hati. Bukannya tak bisa, hanya Seokjin sama sekali tak berpengalaman dalam hal asmara seperti ini.

Memang Seokjin banyak digemari oleh para gadis. Dengan wajah tampan yang ia miliki, tak sedikit dari para gadis yang mengejarnya bahkan secara terang-terangan mengungkapkan perasaan mereka kepada Seokjin. Namun hal itu tak membuat Seokjin lantas menjadi seorang player dengan memanfaatkan ketampanan yang ia miliki untuk bisa bermain wanita. Padahal hanya tinggal menunjuk saja pasti para wanita yang mengejarnya akan dengan senang hati menyerahkan segalanya kepada Seokjin. Namun Seokjin bukan tipikal pria seperti itu. Hingga usianya yang sudah menginjak dua puluh empat tahun, tak sekalipun Seokjin pernah berkencan dengan seorang wanita.

Namun kali ini berbeda. Sejak pertama kali bertemu dengan Jisoo dan ia merasakan jatuh cinta pada pandangan yang pertama, pria berbahu lebar ini seperti dimabuk asmara. Hampir setiap hari satu bus bersama dengan Jisoo meski pada hari ia tak memiliki jadwal kuliahnya. Ia rela melakukan itu semua agar bisa lebih lama bersama dengan Jisoo meski hanya bisa memandangnya dari belakang atau bahkan dari jarak jauh.

Seperti hari ini, Seokjin tidak memiliki jadwal kuliah, namun sudah seharian ini ia berada di kampus untuk menunggu Jisoo agar bisa berangkat dan pulang bersama.

Waktu sudah menunjuk pada pukul tujuh malam. Langit pun mulai menggelap kala Seokjin menangkap presensi Jisoo yang baru saja keluar dari kelas. Wajah lelah yang nampak pun tak menutup kecantikan sang gadis membuat Seokjin semakin jatuh cinta dibuatnya.

Seokjin bisa melihat bahwa Jisoo berjalan tak bersemangat. "Dia pasti sangat lelah, seharian ini jadwal kelasnya penuh." Gumamnya.

Hanya melihat dari kejauhan, Seokjin mulai melangkahkan kakinya ketika Jisoo menuju ke halte bus dekat kampus mereka.

Saat Jisoo duduk di halte bus, Seokjin menghentikan langkahnya dan menatap Jisoo dari kejauhan. Ingin rasanya ia mendekat pada Jisoo dan menjadi sandaran bagi gadis itu menghilangkan segala penat yang dirasakan oleh sang gadis. Tapi sayangnya itu hanya dalam imajinasinya saja.

Bus yang sejak tadi ditunggu pun akhirnya datang. Seokjin segera berlari masuk ke dalam bus saat melihat Jisoo juga masuk.

Karena kondisi di dalam bus sedang penuh oleh penumpang, Seokjin tak bisa duduk di dekat Jisoo. Jisoo duduk di bangku tengah sedangkan Seokjin duduk di bangku belakang. Meski begitu, pandangan Seokjin tak sedetik pun beralih dari Jisoo.

Setelah bus melewati beberapa halte, akhirnya penumpang sudah agak berkurang. Seokjin memanfaatkan kesempatan untuk duduk tepat di belakang bangku yang Jisoo duduki.

Beberapa saat kemudian, bus hampir tiba di halte bus di dekat rumah keduanya. Namun Jisoo terlihat tertidur. Ingin rasanya Seokjin membangunkan Jisoo namun ia tak tega melihat sang gadis yang terlihat sangat kelelahan.

Halte bus yang seharusnya tempat Seokjin dan Jisoo turun pun terlewati. Akhirnya Seokjin menemani Jisoo yang masih tertidur di dalam bus berharap sang gadis segera terbangun dari tidurnya dan mereka bisa kembali ke rumah.

Kini bus sudah hampir sampai di dua halte terakhir, penumpang di dalam bus hanya menyisakan Seokjin dan Jisoo. Seokjin dengan sabar masih menemani Jisoo yang masih terlelap di dalam bus itu.

Seokjin beranjak dari duduknya berniat untuk membangunkan Jisoo karena bus sudah hampir sampai di halte terakhir. Namun saat beranjak, Seokjin tak sadar jika resleting tas slempangnya terbuka hingga membuat isi di dalam tasnya jatuh berceceran di lantai bus. Seokjin pun dengan segera mengambil barang-barang miliknya dan memasukkannya kembali ke dalam tas.

You're My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang