12. Kemarahan Gevano

61 1 1
                                    

Huh! Sebenarnya apa yang membuat bocah ini berani duduk di kursi dia?!

Tatapan Gevano menajam. Anak itu menatap Alaska dengan tatapan permusuhan.
Gevano tidak senang!

"Gue takut njir"

"Sial. Belum sempat gue interupsi, udah dinterupsi duluan sama si empunya.  . Sial bat dah gua."

"Ssttt... Pelanin suara lo. Dia bisa denger."

Walaupun penghuni kelas  bergidik ngeri. Meskipun begitu, nyatanya itu  tidak cukup untuk menghentikan gurat ketakutan dan bisik-bisik kecil terdengar diantara mereka.

Wajar saja mereka takut,

Gevano marah . Maka tidak ada hal baik yang akan terjadi.
Dan nggak mungkin mereka nggak kena gatahnya.

Gevano menatap Alaska dengan tatapan binatang buas.
Alaska dibuat merinding oleh Gevano.
Sekarang dia mengerti kenapa semua orang berusaha mencegahnya untuk duduk di bangku saat ini.

Ruangan ber AC itu hampir turun ke titik beku. Sangat dingin. Itu adalah tatapan Gevano yang membekukan semua orang menjadi es. Kecuali , Aga tentu saja. Karena anak itu tidak terganggu sama sekali dalam tidurnya.

Tap

Tap

Tap

Gevano, berjalan langkah demi langkah menuju Alaska .

"Gue-" -Alaska

Belum sempat Alaska menyelesaikan ucapannya, ternyata lebih cepat lengan Gevano yang nyambar lehernya dia.

Gevano meremas leher Alaska dengan satu tangan.

"Uhuk..." Alaska menahan tangan Gevano sekuat tenaga.

Seluruh atensi berpusat dibangku tiga orang. Jesslyn - Gevano -Alaska.

Semua orang ketakutan!!! Termasuk si Dosen!.

Tidak ada yang berani bersuara.
Bu dosen? Hah! Dia nggak mau mati lebih awal dengan memprovokasi iblis ini.

Ketika Gevano marah, jangan coba-coba mendekatinya. Karena tidak ada yang bisa menghentikannya. Dan tidak ada yang cukup berani untuk  menghentikan nya. Jika tidak, mereka harus bersiap untuk konsekuensi yang lebih buruk lagi.

"Ming.gir." itu hanya satu kata penuh penekanan, dikatakan dengan nada dingin, berat nan datar. Namun membawa tekanan mengerikan yang begitu berat.

"Uhuk..."

Alaska memegangi lehernya kesulitan bernafas. Mukanya sudah membiru.

Brakk!

Dilemparlah si Alaska ini dari Meja Jesslyn.

Meskipun tanpa ekspresi, muka  Gevano merah penuh amarah. Sungguh jika bukan karena Aga lagi tidur, dia nggak bakalan tanggung-tanggung bikin keributan.

"Uhuk...uhuk..."

Anak itu memelototi Alaska yang terbatuk-batuk di lantai.

"Kalian semua akan dihukum karena kelalaian." Gevano mengaitkan bibirnya. Anak itu sangat jahat sekarang.

Tapi meskipun begitu, tidak ada yang berani mengatakan tidak. Apalagi membantahnya.

Gevano membalikkan tubuhnya menghadap Aga yang menelungkup kan wajahnya di meja.

Semua orang menghela nafas lega.

Dengan sigap Gevano mengambil remote untuk menutup gorden jendela agar lebih redup.
Lalu ia duduk disebelah Aga dengan tenang sambil membaca buku.

ASGARDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang