🌷 Sembilan Belas. Claire 🌷

15 0 0
                                    

Bingkai foto yang menampilkan 5 orang di dalamnya menjadi fokus wanita berumur 25 tahun itu. Di perhatikannya satu-persatu wajah dalam foto yang diambil saat dia wisuda 4 tahun lalu. Dress code waktu itu dipilih oleh Samuel, lelaki itu amat menyukai warna biru muda. Dan karna semua sayang pada anak lelaki satu-satunya itu jadi itulah yang mereka turuti. Padahal keinginan yang wisuda saat itu warna pink muda.

Wajah kelimanya sumbringah dengan mulut terbuka bak bersorak bahagia. Bagaimana tidak anak perempuan pertama dalam keluarga itu lulus dengan predikat cumlaude.

Claire ingat betul momen itu, bahkan itu salah satu momen terindah dalam hidupnya. Satu hari itu menjadi harinya, miliknya. Apapun yang ia minta hari itu di turuti tanpa keraguan dan penolakan.

Claire sayang semua yang ada disana, sangat sayang. Bahkan sampai hari ini. Tapi ada satu hari yang membuat Claire sedikit membuat jarak supaya ia bisa menenangkan diri. Agar jangan sampai ada setitik rasa tidak suka atau benci.

Dua tahun lalu, saat dimana dia jadi karyawan tetap di salah satu butik terbaik di Malang. Saat itu Claire memutuskan untuk merantau, mencoba untuk jangan selalu bergantung pada ayah bundanya. Dan kedua orangtuanya setuju, namun ada berita buruk menimpa keluarga mereka. Samuel sakit keras.

Claire yang sangat paham akan situasi namun juga harus memikirkan masa depannya meminta izin pada bundanya untuk di izinkan ke Paris melatih kemampuan desainernya. Namun bundanya malah marah besar, membentak Claire dan berkata kalau Claire sangat tidak tau situasi. Saat semua bersusah payah untuk kesembuhan Samuel, Claire malah memikirkan diri sendiri.

Claire sama sekali tidak memikirkan diri sendiri, hanya saja saat itu semua sangat kacau. Dia di desak oleh kantor untuk segera memberikan keputusan. Karna kantornya lah yang membiayai pendidikan designer Claire ke Paris.

Ada rasa penyesalan saat itu, dimana malam saat Claire meminta izin kondisi Samuel sangat buruk bahkan masuk ICU. Itu malam terakhir untuk memberikan jawaban sehingga mau tidak mau Claire harus membicarakan.

Respon dan jawaban bundanya begitu menyakitkan, membuat Claire yang saat itu masih sangat labil itu penuh ambisi langsung pergi dan memutuskan untuk pergi ke Paris. Dia tidak pamit ke ayah bundanya juga pada Chantika. Dia marah pada semuanya, bahkan pada keadaan yang sama sekali tidak salah.

Dua tahun di Paris tanpa memberi kabar juga tanpa mencari tahu bagaimana keadaan keluarga mereka. Namun satu bulan lalu, buku novel yang dia bawa dari rumah terjatuh dari lemari tempat ia menyimpan koper. Buku yang jatuh itu ternyata ada satu lembar foto yang dia tatap sekarang. Foto saat dimana dia wisuda, foto yang menampilkan betapa bahagianya kelima orang itu.

Claire mengambil foto itu, ada nyeri di hatinya. Semua berputar dalam otaknya. Dari rasa bahagia sampai rasa sakit yang tidak bisa dia deskripsikan. Dia rindu, sangat rindu. Tapi juga takut, takut kalau mereka sudah melupakan dirinya.

Claire menangis, di lepaskan semua bebannya. Kepercayaan dalam dirinya runtuh, dia pikir dia bisa sendiri, dia pikir dia tidak butuh lagi mereka. Dia pikir, dia mampu. Tapi ternyata tidak. Dia ternyata rindu, rindu rumah, rindu ayah, bunda, Samuel juga Chantika.

Claire memutuskan untuk pulang, ini juga waktu yang tepat karna pendidikannya di Paris juga akan selesai dalam beberapa Minggu ini. Dan setelah semua selesai dia akan ke rumahnya, apapun nanti reaksi dari mereka saat ia pulang akan ia terima baik itu buruk atau tidak. Toh dia juga memang harus pulang ke Indonesia, kantornya sudah mengontrak Claire seumur hidup.

"Kakak!!!!!" Teriak adik kecilnya begitu nyaring saat melihat Claire berdiri di ruang tamu. Claire berbalik, melihat Chantika berlari begitu semangat, membentangkan kedua tangannya memberi kode kalau dia hendak memeluk Claire. "Kangen" ucap Chantika saat dia berhasil merengkuh seluruh tubuh Claire dalam pelukannya.

AtlanTika or AntarTikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang