9. Menghilang Dan Kembalinya Erlangga

8.8K 307 8
                                    

Donita menatap gelapnya malam di apartemennya dan Erlangga. Seminggu yang lalu mereka pulang dan mulai saat itu Erlangga tidak pulang bahkan hilang kabar.

Hari tadi saat meeting bahkan tidak hadir, hanya sekertaris dan satu orang yang tidak dia kenal yang hadir sebagai perwakilan Erlangga.

Donita penasaran. Apa Erlangga tengah menyesali ucapannya soal pernikahan?

Suara kunci sandi terdengar. Kenapa seperti beberapa kali salah? Erlangga tidak mungkin melupakan kata sandi yang selama 12 tahun dia gunakan.

Donita bergerak waspada, mencoba mengintip di layar yang tersedia. Ada pria dengan tutup kepala hitam lalu terpental.

Donita menutup mulut kaget, ada seseorang yang memukul lalu menyeretnya pergi.

Jantung Donita berdebar kencang. Apa itu tadi? Dia segera memanggil keamanan untuk memeriksa dan sebagainya.

Hingga berakhir Donita sendirian di dalam apartemen yang kini terasa mencekam.

Tangannya terkepal, di saat genting begini Erlangga susah di hubungi! Jika pun tidak jadi menikah Donita tidak masalah.

Donita tidak bisa tidur nyenyak beberapa hari setelahnya. Perasaannya gelisah dan merasa ada yang mengikuti setiap harinya.

Donita selalu pucat di kantor, semakin tidak banyak bersuara kecuali penting.

3 minggu berlalu. Donita rasanya hampir gila, Erlangga seperti mengundurkan diri jadi boss, dia hilang begitu saja.

Donita mulai merasakan cemas berlebihan sampai pingsan seperti saat ini. Dia takut, ini yang dulu dia takutkan. Bergantung pada seseorang dan seseorang itu hilang.

Dia jadi buta arah.

Donita berusaha tidak ketergantungan tapi nyatanya memang sudah ketergantungan terhadap Erlangga.

Donita terpejam sejenak sambil mengatur nafasnya yang pendek-pendek.

Kemana dia harus mencari Erlangga? Kantor tutup mulut, ke rumahnya sepi hanya ada penjaga.

Dia tidak tahu apa-apa lagi. Sebagai sahabat rasanya dia begitu buruk. Bertahun-tahun hanya mengetahui ranjang dan ranjang.

Donita menyesal karena terlalu larut dalam masalahnya sendiri sampai bertanya tentang orang lain rasanya tidak penting.

Kalau sudah begini bagaimana?

"Nyonya Erlangga sudah bisa—"

"Apa?" potong Donita sampai suster itu mengerjap bingung. "Siapa nyonya Erlangga!" semprotnya lalu pergi dengan kesal. 

***

Erlangga tersenyum mendengarnya. Sahabat seranjangnya itu sangat marah, itu pasti. Dia menyugar rambutnya.

"Luka di bahu bagaimana, Fredson?" tanya Erlangga dengan bahasa Italia.

"Sudah sangat membaik, mengering dengan cepat."

Tidak sia-sia Erlangga membayar mahal semua dokter dan lainnya.

Sahabat Seranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang