4. Persahabatan Yang Enak

16.5K 382 1
                                    

Erlangga mendudukan tubuhnya, menangkap Donita yang lemas.

"Gue cari penangkalnya, gue ga tahu efek obatnya sampai kayak gini. Gue akan bikin perhitungan," Erlangga memeluk Donita.

Erlangga yakin, yang di minum Donita itu obat baru.

Erlangga mendial nomor kepercayaannya yang ikut mengelola club. Dia ingin bertanya soal obat yang di minum Donita.

"Sialan! Obat gila! Wanita gue kalian jadiin kelinci percobaan?!" amuk Erlangga.

Donita sudah hampir pingsan, bahkan tidak bisa fokus lagi dengan apa yang terjadi.

"Lo ambil penangkalnya! Sialan! Sekarang!" Erlangga terlihat marah.

Semua yang ada di club panik. Entah siapa yang ceroboh memberikan obat yang sedang di uji itu. Entah pegawai mana yang lalai.

Pasti akan habis saat kumpulan dengan Erlangga nanti.

Erlangga melempar ponsel itu, menatap Donita yang terkulai di pelukannya.

Erlangga mengecupi wajah Donita, meminta maaf karena lalai. Dia pikir itu obat biasa, ternyata obat yang sedang di uji.

Erlangga menatap wajah Donita yang lemah terpejam, terus memeluknya di pangkuannya.

***

Sudah hampir jam 5 sore. Donita tidak kunjung bangun. Erlangga juga tidak mengganggu, terus bekerja dan memarahi pegawai yang ceroboh menguji obat itu pada pelanggan club.

Erlangga terlihat sibuk dengan berkas, lalu kembali teleponan dengan beberapa orang yang bekerja untuknya.

Bisnis gelap sedang bagus, untuk bisnisnya yang lain tidak terlalu buruk. Stabil. Membuatnya tenang.

Musuh sejauh ini masih tidak banyak bertindak. Bertindak pun dia masih bisa menanganinya.

"Gimana Emily?" Erlangga mendengarkan semua informasinya. "Jauhkan dia dari lingkungan mafia, ada salah satu anak mafia di sekolahnya.." perintahnya.

Orang di sebrang sana gelisah. Bingung menyampaikannya. Mengingat Emily jatuh cinta pada anak itu.

Donita mendudukan tubuhnya yang terasa remuk itu. Dia menoleh ke arah Erlangga yang menatapnya juga.

Mafia? Emily? Batin Donita. Apa dia salah dengar? Siapa Emily?

"Kita bicara nanti." Erlangga mematikan telepon itu sepihak.

Erlangga beranjak menghampiri Donita. "Gimana? Enak?" kekehnya lalu duduk di dekat Donita.

Donita mendelik jutek. "Sakit semua! Lecet ya?" Donita menyingkirkan selimut. Ternyata sudah memakai celana.

"Kenapa cuma celana?" heran Donita.

"Gue mainin dulu." ceplos Erlangga asal padahal dia kebelet dan lupa melanjutkannya. Langsung bekerja walau tubuh sama pegal.

Refleks Donita menampar mulut Erlangga lalu turun dari kasur dengan agak tertatih. Sungguh gila semalam.

"Siapa yang bikin gue gini?" Donita menoleh sekilas.

Sahabat Seranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang