20. Di Mulai Pagi

13.7K 304 6
                                    

Setelah banyak waktu mereka habiskan bersama. Terus berusaha untuk menjadikan alat test kehamilan garis dua.

Erlangga menjaga Donita dengan baik di istananya yang serba ada. Semenjak kabar Donita istrinya semakin terendus karena menemui keluarganya.

Jelas Erlangga tidak tinggal diam.

Donita pun menerima takdirnya. Menerima Erlangga yang selalu menjaga dan menjamin keselamatannya.

Donita tidak ingin keras kepala, dia akan lebih patuh. Apalagi keluarga Erlangga begitu menerimanya. Keluarga yang hangat walau berada di dunia yang gelap.

"Gimana?" Erlangga menghampiri Donita dengan santai.

"Menurut lo?" bibir Donita bergetar, suaranya juga tercekat. "Setelah 1 tahun. Setiap hari gue di serang, ga mungkin ga ada hasil," lirihnya lalu tersenyum haru..

Erlangga meraih benda di tangan Donita dan melihatnya dengan berdebar.

"Gue hamil. Kita berhasil, Erlangga. Garisnya dua," Donita berhamburan ke pelukan Erlangga dan Erlangga membalas itu.

Dia angkat Donita dengan bahagia. Memeluknya erat.

"Makasih, makasih, love you," bisik Erlangga.

Donita mengulum senyum dan bersemu. Dia masih tidak menyangka hubungannya dan Erlangga akan sejauh ini.

"Kita ke dokter.. maksudnya kita panggil dokter,"

Donita mengangguk lalu kembali berdiri di kakinya sendiri dan melepaskan pelukan.

Keduanya saling pandang lalu mendekatkan wajah dan saling melumat bibir satu sama lain dengan begitu lembut.

***

"Gue bentar lagi pulang, matiin dulu." Erlangga kembali fokus pada pergerakan musuh di layar monitor itu. 

Erlangga mulai menjelaskan pada anak buahnya, posisi aman untuk mereka memantau dan meringkus mereka. 

Mereka terlalu berani mengusik bisnisnya hanya untuk keuntungan bisnisnya sendiri. 

"Ke arah barat," Erlangga tengah serius mengatur strategi. Di dalam gedung tua itu dia sudah kuasai. 

Peperangan antara dua mafia besar tidak terhindarkan. Di saat ini, pihak Erlangga yang unggul. 

Erlangga tersenyum puas. Kuasa dia dan keluarganya tidak terkalahkan. 

***


"Kenapa?" Erlangga mendekati Donita yang terlihat merajuk. "Tadi lagi ada urusan, sorry." lalu mengecup keningnya.

Donita dengan mood hamilnya.

"Ada apa?" Erlangga memeluk Donita yang pasrah saja.

"Lo abis bunuh siapa? Apa lo ga bersih-bersih? Anyir banget!" amuk Donita seraya mendorong Erlangga hingga pelukannya terlepas.

Erlangga mengernyit. Perasaan sudah mandi lama dan berganti pakaian.

"Ga, gue di kantor." bohongnya.

"Engga, gue tahu. Lo akan bau gini kalau habis urusin dunia gelap," Donita semakin marah karena Erlangga tidak jujur.

"Jadi cenayang ya semenjak hamil," kekeh Erlangga seraya menarik Donita agar kembali ke pelukannya.

"Gue ga suka, lepas ga!" Donita mencapit hidungnya agar tidak terendus bau Erlangga.

"Lain kali ga akan lagi gue turun tangan, jadi ada apa telepon?" Erlangga menatap wajah berisi Donita yang kini mendongak di dalam pelukannya.

"Mau makan bareng, tapi baru pulang sekarang!" sebalnya.

Sahabat Seranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang