2. Erlangga Mulai Tak Terkendali.

20.2K 482 5
                                    

Donita lebih dulu turun dari atap, tidak peduli dengan dua penjaga dan Margaret yang berpapasan.

Donita harus bekerja lagi, masih ada 15 menit tersisa dari istirahatnya. Dia harus cepat berada di meja sebelum nenek lampir itu mencari kesalahan.

Erlangga berjalan santai, menatap Donita yang semakin jauh.

"Kalian boleh pergi. Margaret, tarik jadwal meeting jadi sekarang." Erlangga masih belum puas melihat Donita.

Entah kenapa. Beberapa hari ke belakang dia memang sedang tidak waras. Ada yang aneh dengan perasaannya yang tidak terkendali.

Erlangga berjalan diikuti Margaret. Dia melintasi semua pegawai yang membungkuk hormat padanya. Bahkan Donita yang hendak ke toilet pun.

Erlangga tersenyum tipis. Donita jika sedang mode pegawai atasan kenapa lucu. Seolah akan patuh, tidak seperti di atap tadi.

Menghisap miliknya dengan tidak benar saking malas namun tidak bisa menolak. Terpaksa Erlangga membuat Donita bergetar lagi dan berakhir marah walau keenakan.

***

"

Tim kami kekurangan-"

"Pegawai baru akan segera hadir, didik mereka agar bisa menghargai satu sama lain. Yang ku inginkan kalian fokus bekerja bukan bergosip!" potong Erlangga dengan aura yang menyeramkan.

Donita saja tidak menyangka Erlangga bisa marah begitu. Selama ini, dia hanya sering melihat ekspresi wajah Erlangga yang datar, saat akan mendapatkan puncaknya dan usil.

"Kalian tahu kesalahan mereka apa?"

Donita mengerjap tidak tahu. Selama istirahat yang membuatnya gagal makan. Dia berakhir di atap di makan Erlangga.

"Tidak menghargai rekan kerja satu sama lain, bagaimana bisa perusahaan ini akan maju!"

Donita bahkan tidak tahu siapa yang dipecat Erlangga. Dia mencoba mencari di dalam ruang rapat. Yang tidak ada. Salah satunya Januar?

Dia yang membuatnya tersandung di kantin?

Donita mencoba biasa. Mungkin hanya kebetulan Erlangga memecatnya. Kenapa karma secepat itu datang pada Januar dan temannya.

"Rapat hari ini selesai. Hanya Donita yang tidak meninggalkan ruangan."

Donita menghela nafas sabar. Gosip akan semakin mencuat jika tingkah Erlangga begini. Tidak peka dasar!

Donita menatap kesal Erlangga, di ruangan hanya ada Erlangga dan Margaret.

"Ambilkan." perintahnya.

Margaret segera mengambil dan menata makanan di meja bekas rapat itu. Bahkan Erlangga kini duduk di samping Donita.

"Saya akan menunggu di depan ruangan," pamit Margaret lalu membungkuk dan pergi.

"Siapa yang ngadu sama lo?" Donita memakan makanannya tanpa izin. Itu pasti untuknya, dia juga lumayan lapar.

Erlangga tidak menjawab. Dia ikut makan, Donita juga tidak menuntut. Dia terlalu lelah.

"Gue tanya sekali lagi. Lo ga mau jadi nyonya Erlangga?"

Donita menghentikan kunyahannya. "Kita sahab-"

"Sahabat seranjang?" potong Erlangga terdengar mencemooh.

"Lo ngapain bahas begini? Gue ga butuh-"

"Gue tahu!"

"Gue ga mau nikah." Donita melanjutkan makanannya.

Erlangga terdiam sejenak, menatap Donita sambil mengunyah makanannya.

"Lo ga lelah? Tugas lo penghangat ranjang, semua urusan rumah tangga pelayan yang atur. Lo suka mereka injek-injek?"

Donita menghentakan sendoknya dengan kesal. "Lo butuh penghangat ranjang? Selama ini bukannya gue selalu bantu lo buat kebutuhan itu?" lalu beranjak namun Erlangga tahan.

"Lo keras kepala!" kesal Erlangga sambil mendudukan Donita agar lanjut makan. Dia tidak akan memaksa lagi.

"Dasar aneh! Jangan kayak gini lagi! Gue bisa jauhin lo kalau gini!"

Erlangga tidak menjawab, dia memilih makan dengan kesal.

***

"Ke club?"

Donita memasang pakaian ketatnya yang serba pendek itu. Melirik Erlangga yang baru pulang olah raga.

Erlangga padahal baru selesai bertarung dengan musuhnya. Untung saja dia berhasil menangkis semua pukulan dan wajahnya selamat.

Erlangga hanya merasakan pegal-pegal.

"Ck! Engga!" tolak Donita sambil menurunkan roknya yang diangkat Erlangga.

"Nari di sini aja, sesekali lo harus peka. Gue hari ini ada masalah," Erlangga duduk di pinggiran kasurnya.

Sudah hampir 12 tahun mereka bersama dalam satu apartemen. Melakukan berbagai hal dan saling menghibur walau Donita yang sering membutuhkan itu.

Erlangga paling masalah antar mafia yang membuatnya butuh hiburan dan sampai saat ini Donita belum mengetahui sisi gelapnya itu.

"Ada masalah?" Donita selalu tertarik mengingat Erlangga jarang dapat masalah.

"Hm."

Donita maupun Erlangga tidak memaksa satu sama lain untuk bercerita. Jika siap maka satu sama lain akan mendengarkan.

"Yaudah. Ga usah ke club," Donita melepas seluruh pakaiannya lalu melangkah santai menyalakan musik hingga memenuhi kamar yang kini meredup dengan lampu berwarna merah.

Erlangga menatap Donita yang mengikat rambutnya, berjalan lenggak lenggok mempertontonkan indah tubuhnya.

Erlangga menggelap, menatapnya lekat. Dia masih duduk di pinggiran kasur dengan celana mulai mengetat.

Donita mulai menari seksi, menungging dengan liukan cantik lalu kembali berdiri tegak dengan menatap Erlangga genit.

Erlangga menatap semua itu, menatap kedua kaki jenjang yang indah.

Donita mendekat yang langsung Erlangga tangkap.

***

Donita benar-benar bergetar dari ujung kaki hingga ujung kepala. Membuat Erlangga berhenti. Dia tatap wajah Donita, matanya memutih yang artinya Erlangga harus mengakhirinya.

"Gue keluarin sekarang." bisik Erlangga dengan terus bergerak cepat, menggeram gemas hingga sampai pada puncaknya.

Erlangga menjauhkan tubuhnya, menatap Donita yang bereaksi hebat berkali-kali.

Erlangga merasa bangga sampai Donita begitu. Pasti sangat enak. Pelepasan yang panjang itu.

Beberapa puluh menit kemudian. Donita yang lemas pasrah saja meringkuk di dalam pelukan Erlangga yang hangat.

Jujur saja. Donita sangat nyaman menerimanya. Tapi dia terlalu takut dikecewakan.

Mending terus seperti ini.

"Kasur kita basah," bisik Erlangga. "Lo pipis berkali-kali.." bisiknya usil.

Donita memukul kesal dada bidang Erlangga lalu melepaskan pelukannya. Dia sangat haus banyak menjerit.

"Kita pindah ke sofa, besok pelayan yang urus." Erlangga menggendong Donita keluar kamar dan merebahkannya di sofa.

Erlangga berjalan tanpa malu dengan belalainya. Dia meraih segelas air lalu dia minum dan membawa segelas untuk Donita.

Sahabat Seranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang