Donita hanya diam dengan sisi wajah diusap-usap Erlangga. Keduanya baru selesai melakukannya. Di bawah selimut tebal itu keduanya saling memeluk berhadapan.
"Coba lo itung. Berapa tahun kita sahabatan?" Erlangga menatap bulu mata Donita yang bergerak, mengedip.
"12 tahun kurang lebih," jawab Donita sekenanya. Dia masih lemas dan lumayan agak ngantuk.
"Selama itu tiba-tiba lo ragu? Gue ga pernah sekali pun berpikir buat bunuh orang yang ga bersalah, apalagi lo."
Donita menghela nafas. Dia hanya panik, syok. Membuatnya susah berpikir dan hanya ketakutan yang ada.
"Gue minta waktu tenang sehari, gue mau tidur yang banyak. Gue terlalu gelisah, minta obat tidur."
Erlangga tidak bisa memaksa. Dia lumat sesaat bibir Donita lalu turun dari kasur.
"Gue tidur di kamar sebelah, kalau udah tenang datang ke sana jemput gue. Obat dan lain hal pelayan urus."
Erlangga memakai celananya saja, dia meninggalkan kamar agar Donita segera tenang dan tidak berpikiran yang aneh.
***
Erlangga berusaha fokus dengan masalah di dunia gelap yang kian rumit sampai mengancam keselamatan adiknya.
Dia tidak akan membiarkan itu terjadi. Aura Erlangga semakin gelap, ditambah Donita sedang tidak ingin dia temui seharian ini.
"Kita pergi, bereskan semuanya." Erlangga menyimpan pistolnya lagi, melangkah melewati mayat-mayat maupun orang sekarat di sekitarnya.
Dunia gelapnya sangat besar, sudah tidak bisa dihentikan dan dikendalikan. Jadi jangan macam-macam dengan bisnis kotor turun temurun ini.
Erlangga menerima sehelai sapu tangan untuk menyeka darah yang menyiprat pada beberapa bagian tubuhnya.
Erlangga masuk ke dalam mobil anti peluru itu. Dia akan pergi menemui keluarganya, menjelaskan lebih jelas keadaan Donita saat ini.
Soal Donita dia tidak akan khawatir. Tempatnya sangat aman, tempat paling aman.
Di perjalanan Erlangga menyesap rokoknya tak henti. Dia memikirkan semua hal. Bahkan Donita pun.
"Ha~ honeymoon macam apa ini," gumamnya jengkel.
Erlangga juga merasa bodoh. Padahal dia bisa berbohong lagi, bukan jujur hanya karena melihat Donita merasa gelisah di sekitarnya.
***
Erlangga terlihat lelah, tubuhnya baru selesai di pijat oleh ahli yang menjadi langganan ayahnya, dipijat bersama ayahnya juga sambil berbincang hal serius.
Setelah itu dia memilih pulang karena sudah tengah malam.
Erlangga melirik ke arah pintu kamar. Donita di dalam sana, apa masih ingin menyendiri? Menenangkan diri?
Erlangga tidak ingin menganggu, besok mereka bertemu kalau saja Donita tidak meminta menambah waktu lagi.
Erlangga menutup kamar tamunya, melepas kemeja yang dia ambil dari rumah keluarganya lalu menghentikan gerak tangannya di resleting saat melihat Donita meringkuk pulas di atas kasurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Seranjang (TAMAT)
RomanceTentang Donita Dan Erlangga. Sahabat sehati sekaligus seranjang.