12. Buket Uang Dan Cincin

8.1K 279 1
                                    

Erlangga menatap tabnya dengan bersandar di sofa dan Donita duduk di antara kakinya tengah asyik memakai masker wajah.

Sesekali Erlangga melirik punggung Donita lalu kembali fokus melihat semua pekerjaan yang ada di email dan sebagainya.

Hanya suara musik yang terdengar dengan sesekali senandung Donita juga menyapa namun tidak membuatnya terbelah fokus.

Donita berbalik dengan wajah di masker. Dia rebahan di dada Erlangga sampai membuatnya harus menyingkirkan tab.

"Apa?" Erlangga bertanya datar.

Donita mendekat untuk membersihkan wajah Erlangga yang sebelumnya sudah cuci muka bersamanya.

Erlangga mematikan tab, menyimpannya asal. Dia diam menatap wajah Donita yang serius mengusapkan kapas berisi pembersih muka? Entah apa, dia tidak tahu.

"Gue ga mau pake—"

"Kulit lo mulai kasar ga sehat, diem!" potong Donita dengan mulut tidak terlalu terbuka karena masker.

Erlangga mengangkat Donita agar duduk tidak terlalu menindih miliknya, agak ngilu. Dia geser sampai dia rebahan dan Donita duduk di perutnya.

Donita mengabaikan posisinya, dia terus membersihkan wajah Erlangga dengan telaten, tak lupa mengoleskan lipbam di bibir Erlangga.

"Apaan?" Dia menolak itu.

"Ck!" Donita melotot protes. "Diem!" gumamnya tegas.

Erlangga membiarkan telunjuk Donita menari di bibirnya lalu dia gigit usil. Rasa strowberry menyapa. Ternyata rasa itu yang dia sesap setiap malam dari lipbam.

"Akh!" refleks Donita membenarkan maskernya dengan kesal.

Erlangga tersenyum puas. Dia menarik dan peluk gemas Donita lalu membaliknya hingga rebahan di sofa.

"Gue kerja, jangan ganggu." Erlangga meraih tab dan barang lainnya untuk ke ruangan kerja. 

***

"Apa gue ga bisa terus kerja?" Donita menghampiri Erlangga yang tengah menyesap alkohol di gelas mahal semahal minumannya itu.

"Ga." singkat Erlangga seraya menyembunyikan rokoknya.

"Ck! Apa harus kita nik—"

"Jangan bahas!" potong Erlangga seraya menarik pinggang Donita hingga duduk di sebelah pahanya.

"Terus pertemuan orang tua? keluarga gue lagi kacau terus—"

"Ga usah."

"Ha? Ga usah gimana?" Donita menatap kesantaian Erlangga dengan kesal.

"Kita berdua, terus daftarin." santainya seraya menyesap sedikit minumannya.

Donita meraih gelas yang begitu ringan menyentuh bibir Erlangga itu dan meneguk isinya yang sisa sedikit.

"Uhuk-Uhuk! Ha panas uhukk!" Donita mengusap tenggorokannya dengan melepeh dan batuk lagi.

"Lo kayak pemula, ceroboh!" Erlangga meraih satu buah es batu dan menekannya masuk ke dalam mulut Donita.

Donita mengemutnya dengan nyaman. Dia memang salah, ceroboh. Donita mengeluarkan es itu dan menyimpannya ke dalam gelas yang tengah Erlangga isi dengan alkohol lagi.

Erlangga tidak jijik atau menegur.

"Gue ga mau nikah kayak gitu! Gue tahu keluarga gue hancur tapi gue tetep mau—"

"Sementara. Lo emang mau diincer musuh?"

"Lo ga sesuai! Katanya kita adain pesta gede!" amuknya lalu menyingkir dari Erlangga.

Sahabat Seranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang