۞﷽۞
☼︎ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ☼︎
Selesai makan malam bersama di meja makan, Pak Rahman dan Buk Faisyah menonton televisi di ruang keluarga, sedangkan An-nisa dan Alif berada di kamar mereka masing - masing.
"Bang, besok pendaftaran An-nisa di pesantren, jadi apakah kita harus memaksakan An-nisa untuk masuk pesantren ?" tanya Buk Faisyah kepada suaminya.
"Iya dek, An-nisa harus masuk kepesantren walaupun dia tidak mau. Dia hanya belum menjalankannya saja, abang percaya jika setelah ia jalanin nanti dia akan tahu rasanya gimana dan pasti betah."
"Hm, ya sudah kalau gitu besok kita ke pesantrennya daftarinnya. Ouh iya, An-nisa kita ajak juga ?"
"Kalau soal itu tergantung dengan An-nisa nya, apakah dia mau atau tidak"
"Ya sudah kalau begitu, adek tanya An-nisa dulu ya"
Buk Faisyah pun bangun dari duduknya.
Saat hendak melangkah mau ke kamar An-nisa, Pak Rahman menarik tangan Buk Faisyah. Buk Faisyah pun menoleh ke arah Pak Rahman.
"Ada apa bang ?" tanya Buk Faisyah.Pak Rahman pun berdiri di hadapan istrinya dan menatapnya dengan teduh.
"Hmm, abang aja deh yang nanya sama An-nisa. Sekalian mau bujuk dan minta maaf dengannya. Sepertinya, dia marah dengan abang. Hari ini dia tidak banyak berbicara dengan abang. Abang hari itu terlalu keras dan tinggi nada bicaranya""Ouh, ya sudah kalau begitu"
"Emangnya, An-nisa tidak marah atau merajuk lagi dengan adek ?" tanya Pak Rahman.
"Hmm, sebenarnya tadi pagi gitu juga sih. Tapi kami sudah baikkan tadi siang"
"Ishhh, adek nih mah. Kenapa tidak bujuk An-nisa juga untuk maafin abang juga ? Dan adek tidak mengajak abang kalau mau baikan dengan An-nisa"
"Tadi siang kan abang kerja. Masa minta maaf dan bujuk anak harus bareng bareng sih, ada ada aja deh suamiku ini. Sudah sana pergi bujuk dia di dalam kamar"
Mendengar jawaban Buk Faisyah, Pak Rahman tertawa kecil.
"Iya deh iya"Pak Rahman pun pergi ke kamar An-nisa.
Tok... Tok... Tok...
"Bolehkah ayah masuk ?" tanya Pak Rahman yang sedang berdiri di depan pintu.An-nisa yang mendengar itu pun bangkit dari kasurnya dan membuka pintu kamarnya. "Ada apa yah ?" tanya An-nisa dengan wajah cemberutnya.
"Ini putri ayah atau bukan sih ? Kok beda sekali, biasanya selalu terukir senyum di wajahnya. Ini kok tidak ada ya?"
"Ish... ayah apaan sih. Nyebelin deh..." ucap An-nisa sambil hendak menutup pintu kamarnya karena menahan salting.
Haduuuuuh, siapa yang tidak salting dan luluh dengernya cobaaa.
Pak Rahman pun menahan pintunya.
"Eh tunggu tunggu, jangan di tutup dong tuan putri""Lagian ayah sih, bikin orang tambah tidak mood"
"Ayah ke sini mau minta maaf sama putri ayah ini. Ayah minta maaf ya, saat itu nada ayah berbicara terlalu keras dan tinggi. Maaf kan ayah telah membuat hatimu sedih dan sakit, please maafin yaaa..."
An-nisa membuang nafasnya.
"An-nisa sudah maafin ayah kok""Bener nih sudah maafin ayah ? Tapi kok An-nisa tidak mau banyak bicara sama ayah dan kenapa wajahnya masih murung ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Di Pesantren [BERSAMBUNG]
Teen FictionMenceritakan kisah seorang gadis yang di masukkan oleh kedua orang tuanya di sebuah pesantren milik suami sahabat bundanya. Gadis itu bernama An-Nisa Shalihah Masturina yang memiliki paras cantik, pintar, dan berprestasi. Bagaimana kisah selanju...