Part 14 (Seblak)

11 2 0
                                    

۞﷽۞

☼︎ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ☼︎

   Kereta yang di kendarai oleh Nabilah dan An-nisa kini sudah mulai menjauh dari masjid. Di atas kereta, An-nisa terus membayangkan seblak yang ada di cafe tadi siang.
"Tidak sabar aku mau makan seblak di sana" bathin An-nisa.

   An-nisa pun melingkari tangannya di pinggang Nabilah.
"Nabilah, jangan sampai kelewatan cafe tadi diang ya"

   Mendengar itu, Nabilah teringat bahwa An-nisa mau makan seblak di sana sepulang dari kajian. Tetapi, ia tidak ingin jika An-nisa makan seblak. Karena ia takut dan khawatir jika nanti perutnya An-nisa sakit setelah makan seblak. Jadi ia sengaja untuk berpura pura lupa apa tujuan ke cafe tersebut.
"Mau ngapain kita ke sana An-nisa?" tanya Nabilah.

"Ih, masa kamu lupa sih. Kita kan udah sepakat saat makan siang tadi sepulang kajian akan makan seblak di cafe tadi siang" jawab An-nisa dengan wajah cemberut.

"Ouh iya ya, aku lupa. Maaf yaa..."

"Iya, aku maafin kamu"

"Ayo kita ke cafe itu dulu, makan seblak" ajak An-nisa.

"Hm, iya kita ke cafe itu. Tapi kita tidak usah makan seblak ya. Aku khawatir nanti saat pulang perutmu sakit setelah makan seblak"

"Tidak mau, aku maunya seblak" rengek An-nisa.

   Nabilah pun menjadi serba salah, di satu sisi ia tidak sanggup melihat sahabatnya itu merengek kepadanya seperti itu. Di sisi lain, ia khawatir dan takut jika An-nisa makan seblak perutnya nanti sakit. Ia tidak ingin melihat sahabatnya sakit.
"Ayolah Nabilah, kita makan seblak" rengek An-nisa lagi.

"Masa sih kamu tega lihat sahabat sendiri yang lagi pengen makan sesuatu dan itu kamu kamu larang" sambung An-nisa.

   Mendengar itu, sungguh tidak sanggup lagi Nabilah untuk melarangnya. Akhirnya Nabilah pun luluh dan menuruti kemauannya.
"Ya sudah kita makan seblak di cafe tadi siang"

"Yeees, yuhuuuu. Akhirnya makan seblak" teriak An-nisa tanpa memperdulikan orang yang berlewatan.

   Melihat begitu senangnya An-nisa, Nabilah pun ikut merasa senang dan terukirlah senyum manis yang lebar.
"Tapi kamu janji dulu" pinta Nabilah.

"Janji apa ?" tanya An-nisa.

"Kamu harus janji sama aku untuk tidak makan seblak sering sering dan nanti pesannya tidak yang terlalu pedas"

"Ya aku janji. Nanti di sana aku pesannya ukuran sedang deh, kalau makam seblak jarang banget. Aku makannya sesekali, jadi kamu tenang saja"

   An-nisa pun memeluk sahabatnya itu.
"Terima kasih banyak ya Nabilah" ucap An-nisa.

"Ya sama sama"

   Mereka pun menuju cafe yang mereka datangin tadi siang untuk makan seblak.
Tak lama kemudian kereta mereka, sampai di area parkir cafe tersebut. Mereka memarkirkan keretanya di situ, lalu masuk kedalam cafe. Mereka pun duduk, dan tanpa mereka panggil pelayan sudah tiba di meja mereka.
"Mau pesan apa mbak?" tanya pelayan.

"Ouh kami pesan seblaknya dua ya mbak" jawab An-nisa.

   Pelayan tersebut memnerikan dua lembar kertas.
"Untuk seblak, mohon di isi kertasnya. Agar kami tahu toping dan ukuran pedasnya"

   An-nisa dan Nabilah mengambil kertas tersebut.
"Ouh iya"

   Mereka berdua pun mengisi kerras tersebut. Setelah di isi, mereka menyerahkan kertas tersebut kepada pelayan tersebut.
"Ni mbak" ucap An-nisa dan Nabilah serentak.

Takdirku Di Pesantren [BERSAMBUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang