Part 39 (Pantai)

13 2 0
                                    

۞﷽۞

☼︎ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ☼︎

   Di hari yang cerah ini, keluarga Pak Rahman akan pergi jalan jalan ke pantai. Ini sebagai hadiah untuk An-nisa, karena ia telah mendapatkan nilai yang bagus dan menjadi juara umum di pesantren pada semester satu di kelas sepuluh.

"AN-NISAAA" teriak Alif.

"CEPAAAT" sambungnya.

"An-nisa sama bundamu sama aja lif. Lama banget bersiapnya, padahal cuman mau ke pantai doang" ucap ayahnya.

"Iya yah. Kalau begini bisa siang kita berangkat"

"Mending kamu susul An-nisa dan bunda ke kamar mereka, suruh mereka cepetan" perintah ayahnya.

"Iya yah". Baru saja mau berjalan, kedua wanita yang di tunggu tunggu pun keluar juga. "Siap juga akhirnya" ucap Alif.

"Maaf lama ya" ucap bundanya.

"Iya bun". Mereka berempat pun berangkat menuju ke pantai.

•••

"Maa syaa allah" ucap An-nisa sambil berlari menuju tepi pantai.

"Jangan lari lari An-nisa, nanti jatuh" pesan bundanya.

"Senang tidak jalan jalan ke pantai?" tanya ayahnya.

"Senang dong yah. Sudah lama banget kita tidak jalan jalan ke pantai" jawab An-nisa.

"Maaf ya, ayah sering sibuk. Jadi susah untuk punya waktu pergi jalan jalan bareng kalian semua"

"Tidak apa apa yah"

"Mau main air lah" ucap An-nisa. Ia pun mulai mendekati air pantai. "Di lepas dulu sepatunya, baru main air" ucap Alif.

"Ouh iya. Astaghfirullah" An-nisa pun melepaskan sepatu yang ia pakai, dan menyisakan kaos kakinya. Ia tidak melepaskan kaos kakinya, karena kaki termasuk aurat.

   Setelah melepaskan sepatunya dan memberikan tasnya kepada bundanya, ia pun mendekati air dan berjalan sehingga air pantai sudah sampai sepinggangnya.
"Wih, tidak sadar ana jika sudah berjalan sejauh ini. Sehingga airnya mencapai sepinggang ana"

   Melihat ada ombak menuju ke arahnya, ia pun memutar tubuhnya membelakangi ombak tersebut. Ombak tersebut pun menerpanya sehingga membawa tubuh An-nisa sampai di tepi pantai. "Waw. ternyata seru juga ya, lagi deh". Ia pun melakukan hal yang sama seperti yang ia buat sebelumnya tadi.

   Hari sudah sore, matahari menunjukkan keindahannya saat tenggelam. "Maa syaa allah, indah sekali melihat matahari mau tenggelam" ucap An-nisa.

"Foto keren juga nih" pikirnya.

"Kak Alif, tolong fotokan ana boleh?"

"Sini handphonenya, biar kakak fotokan" pinta Alif. An-nisa pun menyerahkan ponselnya. Alif pun memotret adiknya itu.
"Sudah, nih handphonenya" ucap Alif sambil menyerahkan handphone adiknya itu.

Takdirku Di Pesantren [BERSAMBUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang