Part 24 (Nyebelin)

12 3 0
                                    

۞﷽۞

☼︎ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ☼︎

"Tuh sama orang yang di tangga" jawab Ummi Rafizah sambil melirik ke orang yang sedang menaiki tangga ndalem.

   Semua mata pun tertuju kepada orang yang di maksud oleh Ummi Rafizah.
"Hah? Dia? Yang bener aja, masa aku di jodohin dengan anaknya yang nyebelin itu" bathin An-nisa.

"Tidaklah ummi, An-nisa tidak mau dengannya" tolak An-nisa dengan cemberut.

"Loh kenapa?" tanya Ummi Rafizah.

"Tidak tampan ya?" sambung Ummi Rafizah.

"Bukan itu ummi" jawab An-nisa.

"Terus, kenapa tidak mau?" tanya Ummi.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" sela orang yang menaiki tangga ndalem tadi. Seluruh orang yang ada di situ pun menjawab salah dengan serentak, " Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"

   Orang tersebut pun menyalami Ummi Rafizah dan menyalami buk Faisyah dengan menyatukan kedua tangannya, seperti inj 🙏🏻.
"Sudah selesai semuanya mir?" tanya Ummi Rafizah.

   Ternyata, orang yang menaiki tangga ndalem tadi adalah Mirza, anak terakhir Ummi Rafizah.
"Sudah ummi, para calon santri pun sudah pada berpulangan"

"Alhamdulillah kalau begitu" ucap Ummi Rafizah. Mirza pun menjawab dengan mengangguk.

"Ouh iya ummi, buk. Mirza mau izin pamit lagi, soalnya mau ke asrama santriwan"

"Iya" jawab Ummi Rafizah dan Buk Faisyah serentak.

"Kenapa tadi tidak langsung ke asrama aja mir?" tanya Ummi Rafizah.

"Ada yang mau di ambil di dalam ummi"

"Ouh"

"Na'am. Kalau begitu Mirza izin pamit dulu ya semuanya. Assalamu'alaikum"

   Semuanya pun menjawab salam tersebut, "Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh". Mirza pun masuk ke ndalem untuk mengambil sesuatu yang hendak ia ambil.

"An-nisa, kenapa tidak mau dengannya hm?" tanya Ummi Rafizah kembali.

"Karena dia nyebelin ummi"

   Mendengar An-nisa memanggil Mirza dengan dia, Buk Faisyah pun mencubit lengan An-nisa. "Aduh aduh, sakit bunda. Ada apa, kok di cubit cubit?" tanya An-nisa.

"Yang sopan jika manggil orang orang ndalem. Jangan panggil dengan seenaknya. Panggil beliau gitu, biar sopan. Kalau bisa itu panggil dengan panggilannya. Kalau panggilan untuk laki laki dari kalangan keluarga pesantren itu gus, kalau perempuan ning" nasehat Buk Faisyah.

"Tapi kan An-nisa belum resmi jadi santri di sini bun, jadi kalau tidak panggil dengan panggilan gus kan tidak apa apa"

"Manggil gus atau ning itu tidak harus santri doang, tetapi orang lain juga boleh manggil keluarga pemilik pesantren dengan panggilan gus atau ning"

"Maaf bun, An-nisa kan tidak tahu" ucap An-nisa dengan tertunduk.

"Jangan minta maaf dengan bunda, minta maaf kepada Ummi Rafizah dan Guz Mirzanya" ucap Buk Faisyah.

Takdirku Di Pesantren [BERSAMBUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang