9. Black

207 65 98
                                    

✧༺12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✧༺12.06.2024༻✧

"Hannie, gue curiga ini toko lo dikutuk sama nenek tua yang pake anting gede. Ntar pelanggan lo bakal balik lagi kalau lo bisa nemuin koin emas dari perut cacing raksasa buat nyalain mesin cuci nenek itu."

Lino terinspirasi dari salah satu episode Spongebob yang ditontonnya tadi pagi. Han Jisung tidak menggubris dan fokus merapikan buku di rak. Sampai siang ini belum ada satu pun pelanggan yang datang.

"Kayaknya kalau dibakar, baru rame nih yang datang," celetuk Lino tersenyum jahil sementara si pemilik toko hanya menyipitkan mata padanya.

"Gue ada keperluan, mau ketemu sama Hyunjin. Lo jaga toko sebentar. Jangan kemana-mana," pesan Han pada laki-laki yang bersandar malas dengan dua kaki dinaikkan ke kursi depan mesin kasir. "Kalau ada orang pakai baju koko, minta sumbangan mengatasnamakan masjid atau yayasan, gak usah dikasih."

"Hm ...," jawab Lino sembari melamun dan mengupasi kulit bibirnya yang kering.

Sunyi. Kini dia hanya ditemani jejeran buku yang tersusun di rak dan suara sepasang suami istri tetangga sebelah yang sedang bertengkar. Wajahnya menengadah, memandang dua cicak di pojok atas ruangan yang sedang bercanda ria. Dia berkedip lemah, suasana hening membuatnya mulai hanyut dalam kantuk.

"Eh? Kucing selucu ini kenapa ditinggal sendirian?"

Rasanya baru beberapa menit terpejam, sayup-sayup Lino mendengar suara seorang gadis. Dia pun segera membuka lebar matanya, sadar, tidak sengaja tertidur dan mengubah diri ke wujud kucing oren.

Aduh, ada pembeli. Gue gak mungkin berubah jadi manusia di depan cewek ini.

Lino mengamati harga di sudut bawah buku yang dipegang oleh gadis tersebut. Kucing oren ini lalu meraih kalkulator di dekatnya dan mengetikkan angka yang menunjukkan harga buku, membalikkan layar mesin penghitung itu agar dilihat oleh si pembeli.

"Kucing ini bisa pakai kalkulator?"

Gadis remaja itu mengerjap lalu memperhatikan harga buku, persis seperti yang diketik oleh kucing di depannya.

"Eh? Kok bener! Aku ... gak ada uang pas." Dia mengeluarkan sejumlah uang dengan nominal besar. Sekaligus mengarahkan kamera ponselnya, merekam kepintaran kucing langka tersebut.

Lino kembali mengetikkan angka, menghitung uang gadis itu dikurangi harga buku lalu menunjukkan hasil pengurangannya, membuka laci mesin kasir, memberi arahan agar gadis itu mengambil kembalian sesuai dengan yang ada di kalkulator.

"Kucing ini pintar banget!"

Kenapa manusia gampang takjub sama hal-hal kecil begini. Dikira kucing cuma bisa nyomot ikan asin doang?

Setelah gadis itu pergi, Lino segera kembali menjadi manusia.

Tak lama kemudian gadis remaja tadi datang lagi. Kali ini bersama seorang temannya.

AilurophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang