28. Kidnapped

261 71 98
                                    

Padahal doi cuma hormat doang wkk:( He will look so good in military uniform tomorrow, but i'm not ready yet 😭

Padahal doi cuma hormat doang wkk:( He will look so good in military uniform tomorrow, but i'm not ready yet 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✧༺06.09.2024༻✧

Kedua alis Han tersentak, tenggorokannya tercekat saat melihat beberapa kucing liar tergeletak tidak bernyawa di sekitar taman, tempat biasanya para hewan berbulu itu berkumpul dan diberi makan.

"Hanjis!" Changbin menghampiri rekannya itu segera setelah mendapat panggilan telepon. Dia juga sama terkejutnya ketika berdiri di samping Han, mendapati kejadian nahas di depannya.  "Mereka semua ... mati?"

Han masih mematung dengan tatapan sedih. Dadanya sesak, sama seperti saat dia mengetahui bahwa kucing di sekolahannya dulu juga mati secara mendadak. Padahal kemarin sore dia sempat memberi makan kucing-kucing itu. Mereka masih baik-baik saja, makan dengan lahap. "Gue lagi bantuin nyari kucing tetangga yang hilang, tapi malah nemu hal mengerikan begini."

Changbin mendekat ke salah satu bangkai kucing, mengamati badannya agak jauh karena dia punya alergi. "Mulutnya berbusa. Kemungkinan besar karena keracunan."

"Kenapa ... ada yang tega sengaja kasih racun ke makanan mereka ...."

Han merendahkan badan. Kedua alisnya turun, mengelus salah satu kucing dengan dominan warna jingga, mirip Lino sekaligus kucing sekolahan yang dulu sangat ia sayangi. Kucing-kucing liar di hadapannya itu sudah dirawat seperti anak sendiri. Meski tidak dibawa pulang, tapi dia tidak pernah absen memberi makan dan selalu sigap membawa berobat jika mereka sakit.

Dikumpulkannya empat kucing yang mati tersebut, membaringkan mereka bersebelahan.  Dilepas baju kaus lengan panjang yang dikenakan, dirobek menjadi beberapa bagian, digunakan untuk membungkus bangkai para kucing itu. "Tidurlah ... dunia terlalu kejam untuk kalian," lirihnya.

Changbin juga ikut merasa haru. Saat insiden kucing mati di sekolahannya dulu, dia berpikir perilaku yang dianggap sebagai cinta dan kasih sayang dari hewan peliharaan adalah interpretasi yang terlalu antropomorfisme dari sesuatu yang mendasar.

Kini dia paham, bukan Han yang berlebihan dalam bersedih, melainkan dialah yang saat itu kurang berempati. Semenjak memiliki rumah sakit hewan dan sering dihadapkan dengan kematian anabul dan reaksi pemiliknya, Changbin tidak lagi hanya memandang binatang seperti benda mati yang kalau rusak tinggal dibuang dan beli baru.

Sebab, jika seseorang dapat membentuk ikatan emosional yang sama kuatnya dengan hewan peliharaan seperti yang dilakukan dengan manusia, maka secara logis mengalami kesedihan yang sama ketika mereka mati.

Sementara itu, Lino juga sibuk mengedarkan poster mengenai kucing Yeji yang hilang. Ditempel di dinding, tiang listrik, dan di punggung orang yang lewat. Dia juga meminta bantuan kepada kucing liar untuk mencari keberadaan anabul kesayangan tetangganya tersebut.

"Lo ngapain?" Bang Chan menghentikan laju motornya ketika berpapasan dengan Lino yang sedang menempelkan selembar kertas di tiang listrik jalanan.

AilurophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang