15. Prank dengan sejuta musibahnya

5 1 1
                                    

Hari ini semua petugas upacara semuanya di laksanakan oleh para guru, khusus memperingati hari Guru Nasional.

"Nu lo yakin ni kejutan bakalan sukses?." Tanya kandidat ketua OSIS dua.

"Lo ngeraguin rencana kita? Atau ngeraguin mereka berdua."

"Nggak gitu juga, tapi gue kuatir sama dampaknya nanti."

"Kalem aja kali, udah kayak cewek aja lu, pake kuatir dampaknya segala."

"Lu mah nggak ngerti! Susah anjir ngomong sama orang un-pesimis kek lu."

Mereka terus beradu argumen diantara barisan siswa-siswi lainnya.

Ucapara bendera sudah berlangsung dari lima menit yang lalu, semua mata tertuju pada kedua siswa yang baru saja datang bersama seorang polisi?.

Semuanya mulai berbisik, upacara bendera tidak kondusif karena kehadiran Bumi dan Excel, apalagi setelah bisikan para siswa siswi menggema kemana-mana.

****

"Anjir gue tremor nih Sel." Ucap Bumi kepada Excel.

Mereka berdua masih dalam perjalanan menuju parkiran sekolah. Didepan gerbang mereka enggak melakukan negosiasi untuk memasuki pekarangan karena semua pekerja yang ada di SMA PLANET ini sudah menjadi bagian dari mereka.

"Halah! Kemarin aja sok-sokan banyak gaya, cocok-cocokin fashion sekarang aja termor, cemen lo Mi." Semprot Excel.

Kedatangan mereka berdua di saksikan oleh kesiswaan yang sedang berdiri di depan teras luar kantor guru.

Tatapannya sudah seperti tatapan psycho haus darah segar.

Mereka berdua mendapatkan tamparan dan jeweran.

Kesiswaan itu awalnya tidak mengira apa-apa cuman setelah melihat benda tajam yang dilihat kepala polisi serta kedua tangan mereka yang di borgol membuatnya marah.

'Nyesel gue.' Batin Bumi setelah mendapatkan tamparan dari kesiswaan. Rasanya pengen nangis sambil teriak-teriak manggil ibunya Laena.

"Tuh mereka datang tuh." Bisik sekertaris kepada jajaran OSIS sana.

"Anjir, nggak salah lagi kita rekrut mereka berdua, fashionnya mendominasi banget."

Ya, penampilan mereka berdua kini menjadi perbincangan hangat seluruh siswa sana, baju yang dikeluarkan serta kancing baju terlepas semua sudah tidak asing lagi bagi guru-guru sana.

Tetapi ini? Penampilan mereka lebih berantakan dari biasanya baju seragamnya kusut, wajah mereka penuh lebam, serta terdapat bercak merah pada baju sekolahnya.

Mereka berdua berdiri di depan lapangan menundukan kepalanya untuk mendalami peran, sejajar dengan pembina upacara.

Semua para guru mulai geram dengan dengan apa yang mereka lihat, upacara bendera kini berantakan, yang mula nya untuk memeriahkan malah hancur sehancur-hancurnya.

Disela-sela amanat pembina upacara kepala dari kepolisian memaparkan kronologi yang telah terjadi kepada kedua siswa itu, katanya mereka berdua terlibat tauran dengan sekolah tetangga yang membawa senjata tajam.

Jangan ditanya lagi, Itu semua senjata asli, Bumi yang punya, lebih tepatnya Bumi curi dari gudang milik Elbyan.

Disela percakapan itu Wisnu melihat, betapa tersiksanya mereka berdua di jera oleh semua guru laki-laki, di tampar lah, di tendang lah, di jewer lah dan lain-lain...

Wisnu terkekeh melihat mereka berdua mendapatkan kesialan di hari ini, senang aja gitu rasanya setelah bertahun2 liat mereka menggila.

Kedua mata Wisnu membola hebat, kekehan itu purna setelah melihat siapa yang datang.

Tamu undangan yang di undang khusus oleh para guru untuk memeriahkan hari guru ini berakhir apes se apes apesnya.

"Mati gue." Beo Wisnu membuat teman OSISnya kebingungan apalagi setelah melihat Wisnu pindah ke barisan paling belakang.

****
Dilapangan sana terdengar kegaduhan hingga dalam, Elbyan berjalan keluar menuju lapang upacara lewat pintu depan sana.

"Itu kenapa ya pak?." Tanya Elbyan kepada bendahara sekolah.

"Itu mereka diitimidasi sama guru, karena terlibat tauran bersenjata tajam dengan sekolah tetangga." Ucapnya.

Elbyan berjalan menghampiri mereka melihat seorang polisi sedang berbicara dengan kepala sekoalh.

"Arlan." Panggil Elbyan kepada Kepala polisi yang sedang berbicara itu.

"Sedang apa kau kesini?." Tanya nya.

"Itu-

-kedua berandalan itu tauran dengan sekolah tetangga." Bukan kepala polisi itu yang menjawabnya.

"Wali kelas cepat telepon orang tua mereka. Biar mereka tahu kelakuan anaknya diluar sekolah." Amuk kepala sekolah.

Elbyan berjalan menuju kerumunan para guru yang sedang mengintimidasi mereka berdua mulai dari ponsel dan lisan.

Elbyan marah, mata nya membola hebat setelah melihat senjata yg percis dengan senjata miliknya di pegang oleh salah satu guru disana.

Tanpa berpikir panjang Elbyan menerobos guru-guru itu untuk melihat siapa yang ada dibalik kerumanan.

JLEB

Elbyan marah, Elbyan kecewa, Elbyan sudah kalang kabut melihat siapa yang ada dibalik kerumunan itu.

Wajah nya terdapat lebam serta seragam sekolah yang dipenuhi bercak merah.

BUGHHH

Bumi terhuyun kebelakang setelah mendapatkan pukulan dari Ayahnya tanpa sadar dan komando.

Excel tidak kalah terhuyunnya dengan Bumi, mereka berdua mendapatkan pukulan yang bertubi-tubi dari Elbyan, tidak hanya itu Elbyan menendang keras mereka berdua yang tersungkur diatas tanah.

Amarah Elbyan membabi buta, panas pada hatinya bergejolak memercakkan lava panas. semua guru bingung melihat pemandangan itu apalagi seluruh siswa siswi SMA PLANET kecuali Wisnu yang sedang bersembunyi ketakutan.

Elbyan dihadang oleh para guru sana, bukan mereka nggak marah kepada Bumi dan Excel tetapi mereka juga tidak mungkin membiarkan Elbyan menghajar dua anak kunyuk itu.

"Pak, pak, tenang dulu pak, pak Elby jangan bertindak sepihak seperti ini." Ucap salah satu dari mereka.

Kedua hati mungil Bumi dan Excel terus mericau, berdo'a serta mengeluh satu sama lain, ingin rasanya mereka menangis dan mengadu kepada ibu tercintanya.

Meski mereka urak-urakan, Bumi dan Excel ini omega jika sudah menyangkut perasaan, hati serta kemanusiaan.

Elbyan melepaskan hadangan guru-guru lalu merapihkan jas hitam nya, ia menatap seluruh siswa siswi sana dan memanggil nama Wisnu dengan nafas yang memburu.

"WISNU KEDEPAN KAMU, KELUAR KAMU WISNU, ATAU SAYA OBRAK-ABRIK KAMU DISANA."

Semua siswa-siswi yang berdiri didepan Wisnu saling berjalan kepinggir takut kena getah mereka bertiga, terlihatlah Wisnu yang sedang bersembunyi dibalik mereka semua sambil berjongkok ketakutan.

"Mati gue."

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bumi KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang