Selamat membaca🤍
....
Belum genap satu pekan ia menginjakkan kaki di SMA Nebula, Gisell justru sudah terjebak di ilustrasi kacau ketika gitar merah itu terbelah dua akibatnya. Keterkejutan Gisell tak mengalihkan tatapan datar Gara selepas apa yang diperbuat gadis itu terhadap alat musik kesayangan. Ah tidak! Itu memang terlihat seperti tatapan datar, namun jauh di kedalaman pupil itu tersimpan sorot kemarahan yang membuat Gisell meneguk salivanya susah."M-maaf, Kak."
Dua kata itu rasanya tak cukup untuk menebus kesalahannya terhadap Gara. Terlebih lagi di saat ia mendongkol menaruh barang sembarangan, Gara memergokinya. Dan Gisell sangat menyesali perbuatannya.
"Ck! Maaf?"
Gisell mendongak, sapuan angin yang mengenai ujung rambut Gara membuatnya tak percaya bahwa saat ini ia sedang berurusan dengan seseorang paling berpengaruh di SMA Nebula. Dia itu Gara!
"A-emm ... anu-"
Gara mengernyit, mengangkat satu alisnya, "Jawab jujur, apa yang lo lakuin sama gitar gue?"
Gisell menghela napas, " Saya minta maaf, Kak. Lagian kakaknya juga naruh barang sembarangan, jadi ini bukan salah saya doang tapi juga kakak."
Antah ucapan Gisell yang salah, nyatanya kalimat itu mampu memancing emosi Gara.
"Lo nyalahin gue?" Gisell enggan menjawab.
"Harga gitar itu gak sebanding sama harga diri bocah kampungan kayak lo! Udah rusakin dan lo masih mau nyalahin gue? Punya otak gak sih?!" Akhirnya cowok itu terpancing emosi.
Merasa tidak terima harga dirinya direndahkan, Gisell mendongak. Dengan emosi yang nyaris meledak-ledak gadis itu berteriak lantang.
"Saya tahu saya salah, tapi kakak gak usah jatuhin harga diri saya seperti itu, emang kakak siapa? Pantaskah berperilaku seperti itu? Dengan kakak bilang harga diri saya gak sebanding sama harga gitar kakak itu udah cukup menggambarkan kelakuan kakak itu kayak gimana!"
Benar, nyali gadis itu hanya menyala sepersekian detik dari durasi ketika ia berteriak sebelum Gisell menyesali perbuatannya barusan.
Nyatanya hal itu mampu menarik atensi orang-orang dan membuat laki-laki itu tersulut emosi. Wajah marah cowok itu membuatnya terperangah, sekilas sorot mata itu seperti menyimpan emosi yang tertahan sebelum akhirnya membludak juga.
"BERANI LO SAMA GUE, HAH?!"
"Lo emang gak tahu diri, ya? Lo gak tahu seberapa berharganya gitar ini? Lo jual diri pun juga gak bakal bisa gantiin posisi gitar itu, ngerti!"
Gisell terdiam. Siswa mana yang berani mengata-ngatai senior seperti Gara selama dua tahun yang lalu? Gisell justru menjadi pemrakarsa dalam fenomena langka tersebut.
Aish!
Dua orang laki-laki datang menghampiri mereka setelah beberapa menit yang lalu Gara membentaknya.
"Gar udah woi, dia cewek." Ujar Glen menengahi.
"Orang yang udah berani rusakin gitar gue, semua gender bakal jadi setara! NGERTI?!" Bentak Gara.
Sorot mata merah itu jelas menandakan Gara benar-benar marah saat itu. Yang bisa dilakukan Gio dan Glen hanya diam tak ingin ikut campur. Mereka tahu betul bagaimana jadinya jika singa itu mengamuk.
Gisell menarik napas dalam-dalam, sebelum melontarkan kalimat yang sekiranya kembali membuat Gio dan Glen mengernyit heran dengan nyali gadis ini.
"Oke! Aku bakal ganti gitar kakak, tapi tolong deh ya jangan marah-marah kayak tadi, mirip singa tau! Takut liatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga Musim Semi✔️ [END]
Подростковая литература[FOLLOW SEBELUM DIBACA] Abyan Anggara adalah musisi terkenal yang penuh dengan misteri. Laki-laki agresif dan tempramen yang membuat seantero sekolah takluk dengannya. Melalui musik, Gara mengisi hidupnya sendiri. Konser setiap waktu dan tak peduli...