Selamat membaca🤍
...
Siang ini terasa begitu berbeda dari pagi biasanya. Tak sedikit pun cahaya matahari yang menghangati. Beberapa dari siswa mulai memakai jaketnya karena cuaca yang begitu dingin. Gara berjalan melewati koridor kelas sebelas. Sejak kemarin malam suasana hatinya mulai berubah. Kepergian Gisell tiba-tiba saat ia konser tadi malam benar-benar menghantui pikirannya. Apakah laki-laki itu salah sehingga membuat Gisell pergi dengan wajah yang terkesan kecewa.
Desas-desus mengenai Gara jatuh hati kepada gadis yang dulu sempat ia benci, sekarang menjadi topik panas di SMA Nebula. Hampir tiga tahun laki-laki itu disinyalir tidak pernah jatuh hati kepada seseorang bahkan orang kaya di Garaluvs sekali pun, kehadiran Gisell justru mematahkan opini itu.
Semua orang tak percaya, tapi memang begitu faktanya.
Gara tidak peduli, yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana keadaan Gisell selepas kemarin malam meninggalkan studio itu.
"Lo liat Gisell?"
Adik kelasnya itu menggeleng.
"Liat Gisell, gak?" Lagi-lagi yang ditanya menggeleng.
Sejak pagi tadi Gara tidak melihat Gisell, meski pun sudah ikut menyelinap berbaris di barisan kelas sebelas, nyatanya Gara tetap tidak menemukan gadis itu. Laki-laki menghela napas pasrah, merebahkan tubuhnya di salah satu kursi panjang yang berada di lorong kelas.
Glen yang menyadari kegalauan temannya itu pun menghampirinya.
"Belum ketemu juga?" Ucap Glen tiba-tiba.
Gara menaikkan alisnya sebelah, "Siapa?"
"Siapa lagi yang lo cari sampe bela-belain keliling sekolah seluas ini selain Gisell? Lo udah kayak orang kesambet gitu." Ujar Glen meledek.
Gara memutar bola mata malas, "Terserah, lo."
Glen mengakhiri kikikannya setelah menyadari suasana temannya itu yang terbilang sedang tidak bagus.
"Lo tahu, Gisell itu orangnya gimana. Prinsipil, taat ibadah, selalu mengedepankan karir, bahkan dia satu-satunya siswa yang diyakini perempuan religius di sekolah ini."
Gara menaikkan alisnya sebelah, "Terus?"
"Selama ini dia peduli sama lo ya karena selain dia punya tanggung jawab, dia juga baik ke semua orang. Dia bikin lo berubah itu ya karena dia pengen orang-orang yang ia kenal juga bisa melangkah bersama. Setahu gue, Gisell belum mikir sampe perasaan, masalah hati yang gitu-gitu. Dia menjaga kehormatannya sebagai perempuan."
"Dia ngajarin lo salat bahkan ngaji itu bukan berarti dia suka sama lo, dia cuman menjalankan apa yang seharusnya manusia lakukan. Yaitu berbagi ilmu dan saling menasihati dengan sesama," lanjut Glen, "Gisell itu alumni pesantren, Gar."
"Seharusnya lo gak confess." Lanjutnya.
Gara terdiam, tersadar akan kesalahannya kemarin malam yang membuat Gisell jelas kecewa kepadanya. Ingin meminta maaf dan mengakui kesalahannya kepada gadis itu, Gara sampai saat ini tidak menemukan ke mana perginya Gisell.
Bahkan sampai ke kelas gadis itu pun ia tak menemuinya.
Gara menggusar kepalanya frustrasi, sebelum akhirnya ia berhasil menemukan Gisell ketika keluar dari perpustakaan.
"Sell."
Gisell mendongak, suasana hatinya seketika berubah di kala sosok itu kembali muncul di hadapannya. Teringat akan kejadian tadi malam di mana ia menjadi pusat perhatian semua orang hanya karena Gara yang mengungkapkan perasaannya kepada gadis itu sehingga membuatnya tak nyaman.
"Maaf, aku ada urusan." Ucapnya dan berniat pergi.
Namun saat itu juga Gara mencegatnya, "Sell, dengerin gue dulu."
Sejenak laki-laki itu terdiam, sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk mengakui kesalahannya kepada gadis di depannya ini.
"Sorry."
Gisell tak menjawab. Ada rasa sesak dan kecewa dalam dirinya ketika menatap wajah laki-laki itu. Laki-laki yang sempat ia doakan agar Allah memberi kemudahan dalam proses hijrahnya, rupanya hanya sandiwara semata.
"Sell, gue tahu lo kecewa sama gue, gue tahu gue gagal ngendaliin diri gue sampai gue balik lagi seperti dulu. Gue gak bermaksud bikin lo kecewa."
"Gue janji bakal beneran berubah."
Gisell menghela napas singkat, "Berjanji sama diri sendiri dan juga Allah. Karena yang bisa bikin kakak berubah adalah kemauan dan usaha kakak sendiri."
Gara terdiam.
"Tapi gue serius beneran suka sama lo." Tutur Gara.
"Siapa pun pasti punya rasa suka sama lawan jenis, aku gak larang kakak, tapi aku mohon jangan tempatkan rasa suka itu sebagai alasan kakak bisa berubah."
"Gue berubah itu emang karena lo-"
"Berubahlah karena Allah, bukan karena manusia." Potong Gisell.
"Berharap sama manusia itu jauh lebih sakit, aku gak mau kakak terjerumus ke dalam fase di mana kakak hanya menjadikan aku sebagai alasan kakak untuk berubah, tempat bergantung, karena hal itu bisa saja bikin kakak kecewa." Ujarnya, "Bergantunglah kepada Allah jika kakak tidak ingin kecewa."
"Lo kecewa kan sama gue?"
"Kakak yang bikin diri kakak kecewa sama diri kakak sendiri." Jawab Gisell, "Berharap sama manusia itu sakit, makanya berharaplah kepada Allah. Buang jauh-jauh perasaan itu, kita tidak tahu ke depannya gimana. Allah Maha membolak-balikkan hati manusia, bisa jadi rasa suka kakak sekarang bisa menjadi biasa-biasa aja di keesokan hari."
"Aku harap kakak benar-benar berubah seperti yang kakak bilang sebelumnya. Jagalah hati kakak, dan menjauhlah untuk menjaganya."
Gisell pergi begitu saja, meninggalkan seorang Gara yang berdiri mematung setelah kalimat itu menamparnya.
...
Update lagii!
Jangan lupa vote, dan komen yaaSee u🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga Musim Semi✔️ [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM DIBACA] Abyan Anggara adalah musisi terkenal yang penuh dengan misteri. Laki-laki agresif dan tempramen yang membuat seantero sekolah takluk dengannya. Melalui musik, Gara mengisi hidupnya sendiri. Konser setiap waktu dan tak peduli...