18. PANGGUNG SANDIWARA

10 7 0
                                    

Selamat membaca🤍

...

Berdiri di tengah-tengah ratusan orang, bahkan wajahnya tersorot sehingga terpampang pada layar yang begitu lebar, jelas membuat Gisell gugup. Sesaat ia mencoba menetralisir kegugupan itu, sebelum akhirnya memberanikan dirinya untuk berbicara.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh." Ujar Gisell mengawali.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh." Jawab seisi gedung serentak.

Mengambil napas singkat, Gisell mengajukan pertanyaannya.

"Saya Gisell, ingin mengajukan pertanyaan kepada guru besar,"ujarnya, "Saya memiliki seorang teman, dia terbilang jauh dari Allah. Tapi bukan berarti saya lebih baik dari dia, bahkan saya lebih buruk darinya. Saya ingin sekali dia bisa membawa dirinya dekat dengan Allah, saya melihat betul usahanya. Namun, dia bergantung kepada saya, saya tidak mau apabila seseorang menjadikan saya sebagai panutan, karena saya tak sebaik dari yang dia kira,"

"Bagaimana caranya mengajak, menasihati tanpa menggurui? Saya ingin sekali dia bisa menggapai ridha Allah, kembali kepada Allah, begitu pun dengan saya sendiri.

"Sekian, pertanyaan saya, terima kasih, Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh."

Gara tersenyum tipis mendengar hal itu. Tak memungkiri bahwa yang Gisell maksud adalah Gara sendiri. Jauh dari pikirannya mengenai gadis itu, Gara tak menyangka bahwa Gisell memerhatikannya.

Di sisi lain, Gisell menghela napas setelah menyampaikan apa yang sebelumnya mengganjal di benaknya. Seminggu terakhir ini ia begitu jelas melihat usaha Gara dalam proses hijrah,  Gisell menyanjungnya. Namun, ketergantungan laki-laki itu kepadanya jelas membuat Gisell terbebani, mengingat Gisell bukanlah orang baik seperti apa yang Gara pikirkan.

Pergaulan Gisell dengan Gara pun cukup membuat Gisell merasa berbeda daru sebelumnya, di mana ia dulu hanya bergaul dengan perempuan saja, dan menganggap laki-laki bukan lingkungannya.

Bukan untuk menjauh karen risih atau benci, Gisell ingin Gara berubah dengan bantuan orang yang lebih kaya ilmu dibanding Gisell yang belum apa-apa.

"Semua manusia itu pendosa. Tidak ada yang terlahir sempurna sampai ia meninggal, itu tidak ada. Manusia tak akan luput dari kesalahan. Karena kita belum tentu orang baik, bukan berarti kita tidak mampu mengajak orang menjadi baik, setidaknya melangkahlah bersama. Dia memperbaiki imannya, dan kamu juga memperbaiki imanmu."

"Kalau semua orang berpikir sepertimu, sampai kapan pun tidak akan ada ulama di dunia ini yang akan menasihati kita, yang menegur. Bahkan saya sendiri juga seorang pendosa yang aibnya ditutupi Allah. Allah itu Maha Baik, tidak mungkin Allah melarangmu untuk menasihati orang lain. Terkadang apa yang kita sampaikan kepada seseorang itu berpengaruh besar baginya, jangan sepelekan hal itu, kuncinya hanya satu,"

"Jangan merasa diri lebih baik dari orang lain."

"Iringi langkah temanmu, bersamalah dalam menggapai ridha Allah. Kelak Allah akan menempatkan kalian bersama di surga, maka jangan tinggalkan temanmu sekali pun ia adalah orang yang paling buruk dahulu."

"Siapa pun temanmu, saya hanya ingin menyampaikan. Selalulah berprasangka baik kepada Allah, meskipun kita adalah orang yang paling buruk, tapi Allah tak menutup pintu bagi hamba-Nya yang ingin bertobat. Seberat apa pun masalah, jangan pernah tinggalkan Allah sekali pun. Allah Maha Penyayang, kasih sayang Allah mendahului kemurkaan-Nya, kembali lah sebelum terlambat."

Segitiga Musim Semi✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang