Selamat membaca🤍
...
Gisell berlari, berusaha menjauh dari keramaian itu. Rasa sesak yang menjalari jelas menyiksa gadis itu. Antah kenapa ketika Gisell melihat seorang Gara, semua emosi bercampur aduk. Bangga, namun menyakiti hatinya.
Setelah membaca pesan itu, Gisell dilema, untuk datang menghadiri atau tidak. Meski pun pada akhirnya Gisell tetap memilih untuk menghadiri acara konser itu tanpa sepengetahuan Gara. Enggan mengabari, karena Gisell tak ingin mengganggu fokus laki-laki itu.
Namun sekarang, yang justru terganggu adalah dirinya. Perasaan yang antah kenapa begitu menyiksanya. Hingga tak sanggup bagi Gisell untuk menonton lebih lanjut dan memilih untuk pulang.
"Sell, "
Gisell mendongak, tak sadar bahwa yang menemaninya saat ini adalah Ayren.
"Gue tahu apa yang lo rasain sekarang." Ujar gadis itu, "Lo suka Kak Gara, tapi lo gak tahu akan hal itu."
Gisell mengernyit, "Kamu tahu dari mana bisa simpulin gitu?"
Ayren menarik sudut bibirnya, "Reaksi lo menjawab semuanya."
"Udahlah, Sell. Jangan nyiksa diri lo sendiri, gue tahu lo gak akan mau menjalin hubungan karena pacaran itu setahu gue dosa, gue juga tahu lo sebenarnya gak mau karena itu bakal bikin perjalanan lo terganggu. Cuman, gue cuman pengen lo akui perasaan lo sendiri, meski pun besok lo dan Kak Gara gak bakal ketemu lagi."
Gisell mengernyit, "Emang dia mau ke mana?"
...
Cuaca yang cerah seolah mendukung acara perpisahan kelas dua belas di SMA Nebula. Mereka menikmati acara itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Senang karena selama tiga tahun penuh mereka menjalani hari-hari sebagai pelajar sekarang sudah terbayar dengan sebuah kertas lulus yang mereka dapatkan. Namun di sisi lain, perasaan sedih juga ikut mewarnai karena harus berpisah dengan teman-teman yang dulunya pernah seperjuangan.
Tak akan ada lagi masa-masa di mana mereka menghabiskan waktu jam kosong, konser dadakan, bahkan mengusili teman-teman sampai keseret ruang BK.
Dari kejauhan Gisell mengintip seorang Gara yang sedang asyik bercengkrama dengan teman-temannya. Sempat menguping pembicaraannya sehingga membuat Gisell merasa pasrah.
"Widiiww, akhirnya setelah tiga tahun gue menuntut ilmu, gue bisa lulus dengan nilai yang memuaskan." Ujar Gio dengan bangga.
Glem berdecih, "Emang nilai lo berapa?"
"Delapan puluh, lah!"
Glen berdecih, "Masih tinggian gue."
Gio mencibik, mengalihkan pembicaraan dengan bertanya kepada Gara.
"Gue gak nyangka lo beneran bisa berubah, Gar." Ucap Gio, "Dulu calon preman, sekarang jadi calon imam. Duh! Lama-lama gue yang jatuh cinta sama lo."
Pak!
Spontan Glen menepuk jidat laki-laki itu, "Lembek boleh, belok jangan."
Gara terkekeh, sedikit kenyelenehan teman-teman yang terkadang membuatnya terhibur. Meski obrolan mereka terkesan unfaedah sedari dulu, tak masalah bagi Gara karena dapat memperbaiki suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga Musim Semi✔️ [END]
Roman pour Adolescents[FOLLOW SEBELUM DIBACA] Abyan Anggara adalah musisi terkenal yang penuh dengan misteri. Laki-laki agresif dan tempramen yang membuat seantero sekolah takluk dengannya. Melalui musik, Gara mengisi hidupnya sendiri. Konser setiap waktu dan tak peduli...