"Cinta yang kumiliki selamanya akan jadi milikmu"
—Revan Atma Wijangga
🍃Tepat hari ini Syana akhirnya lulus dan mendapatkan gelar sarjananya. Setelah perayaan yang singkat akhirnya keluarga kecil ini duduk bersama di ruang makan menikmati makan malam yang sengaja dipesan dari resto langganan keluarga. Ada empat orang anggota keluarga di meja tersebut ditambah satu orang tidak diundang namun tetap datang, tentu saja Agha.
Perbincangan sederhanan di meja makan, ucapan selamat dari Dami dan Erina untuk Syana yang tiada hentinya berikan banyak kesan hari ini bagi Syana.
"Adek akhirnya selesai ya kuliahnya, alhamdulillah Mama Papa bangga" ucap Erina. Saling bersahutan ucapan selamat itu dari anggota keluarga yang lain. Meski Syana senang, namun ternyata ada hal lain yang ia tunggu, ucapan selamat dari Revan secara langsung.
Pria itu berhalangan hadir diacara wisudanya padahal sudah mewanti-wanti dari jauh hari, sungguh Syana sangat sedih namun ia tentu tidak bisa marah dan berharap banyak pun dengan tidak hadirnya Revan di makan malam bersama kali ini.
"Jadi rencananya magang di kantornya Revan yang baru ya dek?" Agha mengintrupsi disela-sela ucapan selamat itu.
"Iya Ka, udah gue proses juga dokumen yang harus dilengkapinya. Kayanya minggu depan udah boleh mulai magang sama Ka Revan." Informasi yang detil diberikan oleh Syana. Sedang Agha hanya mengangguk saja menanggapinya.
Seorang anggota lainnya yaitu Selina nampak tidak begitu tertarik dengan perbincangan magang ini. Setelah makan mereka selesai, dia memberikan hadiah untuk adiknya sebuah smartwach keluaran terbaru warna pink kesukaan Syana sebagai tanda bangga akan mencapaian adiknya ini.
Beberapa saat kemudian pintu rumah diketuk oleh seseorang, waktu menunjukan pukul tujuh tiga puluh malam. Dami bertanya ada yang membuat janji dengan seseorang hari ini, namun sepertinya tidak ada.
Agha di mandatkan untuk membuka pintu, dengan malas dia beranjang dari tempat duduknya. Tidak disangka ternyata tamunya adalah Revan, laki-laki yang paling ditunggu Syana. Saat masuk dia menyapa semua anggota keluarga dan menghampiri Syana, memberikan sebuah kotak terbungkus kertas bermotif bunga warna merah muda, sesuai dengan kesukaan Syana. Kotak itu berisikan hadiah berupa tas mungil berwarna merah muda juga yang telah disiapkan oleh Nayana sekertarisnya.
"Selamat ya dek, semoga berkah gelar yang udah lo dapet. Sorry ya gue baru sempet dateng, yang penting hadiahnya kan?". Ucapan dan senyum manis yang terlontar itu sungguh membuat Syana besar hati.
"Terima kasih ya Ka, aku pasti suka." Revan membalasnya dengan anggukan. "Ayo makan dulu Ka!" Namun sayang Revan menolak ia telah mengisi perutnya tadi setelah rapat terakhirnya.
"Om, kalau tidak mengganggu. Boleh saya bicara sebentar? Ada hal yang mau saya sampaikan", dengan senang hati Dami menyetujui. Mereka berdua berjalan menuju kursi belakang rumah. Syana keheranan, padahal dia yang mengundang makan malam mengapa ayahnya yang diajak bicara. Sedang anggota yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing.
***
"Wedede, ada CEO muda lagi nongkrong nih bos. Tumben sendirian, biasanya berdua sama dedek gemes lo" kalimat yang Arka lontarkan ketika melihat Revan sedang duduk menikmati kopinya di meja yang sering Selina tempati.
"Apaan sih lo berisik, gue lagi nungguin sekretaris gue."
"Oh kirain galau ga sama dedek gemes". Si ceriwis ini memang menyebalkan untung saja dia sedang tidak dalam mode senggol bacok, lagi tidak ada energi.
Pria bule itu hilir mudik memastikan pelayanan di caffenya berjalan dengan baik tanpa komplain dari penggunjung. Jujur saja melelahkan membuka usaha zaman sekarang, orang-orang ini ada kesalahan sedikit saja komplainnya panjang bahkan sangat menjatuhkan. Seperti kesabaran sudah habis di masa sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musim
ChickLitMusim dan cuaca berubah. Mendung taakan lama, pun dengan cerah. Begitu juga dengan hidup tak selamanya sedih, tak selamanya bahagia. Semua berganti, semua ada porsi waktu dan masanya. Namun semua tak selalu dapat menerima apa yang seharusnya. (n.) M...