Bandara

1.3K 79 1
                                    

Setelah punggung anak terakhirnya tidak terlihat, Ardhan langsung menemui anaknya yang lain, yang sedang berkumpul di ruang tv.

"Halo anak-anak papa" Ardhan langsung duduk di sofa samping kanan Gracia, anak ketiganya. Sedangkan Shani duduk di samping sisi kiri Gracia. Sementara Zee duduk di bawah Shani sambil menyilangkan kedua kakinya.

Melihat papanya yang membawa tas besar, raut wajah mereka terlihat sedih, karena papanya akan pergi meninggalkan mereka lagi.

"Jam berapa pah?" Tanya Zee yang kemudian pindah duduk di samping papanya.

"2 jam lagi papa harus udah di bandara sayang" sambil mengelus dan mencium kepala anak keempatnya.

"Zoya, boleh bujuk adikmu ke sini? Papa ingin menikmati waktu bersama kalian sebelum pergi. Tadi papa bilang mau pergi hari ini, sepertinya dia marah" perintah Ardhan kepada Zoya panggilan kesayangan untuk Zee. Ia tahu jika Zoya yang bujuk, Christy pasti tidak akan menolak.

"Toya di kamar ya pah?" Tanya Zee dan dibalas dengan anggukan oleh papanya. Zee pun akhirnya pergi ke kamar kembarannya yang berada di lantai 2.

Di kamar Christy, ia sedang melamun sambil bersenderan ditempat tidur. Tak lupa tangannya yang selalu memeluk boneka ikan.

"Sampai kapan sih papa kerjanya gitu, cape tahu harus ditinggal terus" ucap Christy pada dirinya sendiri.

"Papa ga sayang apa sama anaknya, dikit-dikit ditinggal. Pulang bentar abis itu pergi lagi. Hufftt mana bahaya banget kerjaannya" Christy memang sudah tahu kerjaan papanya. Semenjak mengetahui kerjaan papanya, dirinya seakan tidak rela jika papanya harus pergi meninggalkannya dalam waktu yang lama. Dia tahu, jika papanya pergi lama artinya kasus yang ditangani oleh papanya sangat besar dan beresiko.

"Toy ayok, papa mau pergi" tanpa basa basi Zee langsung membuka kamar kembarannya itu. Dari pintu yang dibuka setengah, Zee mengajak Christy untuk turun ke bawah.

Ajakan Zee seakan tidak dipedulikan oleh Christy. Ia hanya menatap Zee sekilas dan tetap pada posisinya tak berubah sedikitpun.

Merasa ajakannya dihiraukan, Zee pun mendekati adik kesayangannya itu.

"Ayo kasian papa, kan mau pergi" ajak Zee sambil menarik tangan adiknya.

Tak butuh waktu lama, Christy pun akhirnya mengikuti kemauan kakanya itu. Christy memang tak bisa nolak jika sang kembarannya sudah bicara. Ia begitu sayang pada kembarannya.

"Zoy papa pasti pulang lagi kan?" Tanya Christy saat menuruni tangga dengan tangan yang selalu digandeng oleh Zee.

"Pastilah kan papa sayang kita" Zee tahu apa yang dikhawatirkan kembarannya itu. Jika boleh jujur, dirinya juga takut akan keselamatan papanya saat bekerja.

Setelah berada di ruang tv, Zee langsung duduk ke tempat semula dan langsung bergelendotan dengan papanya. Sementara itu, Christy hanya terdiam mematung.

"Kok diem, sini sayang" panggil Ardhan sambil menepuk pahanya.

Tak ada pergerakan, akhirnya Gracia bangkit dari duduknya dan menarik adik kecilnya itu.

"Papa mau pergi, masa kamu ga mau pelukan dulu" ujar Gracia sambil mendorong adiknya untuk duduk di sebelah papanya. Sementara dirinya duduk disamping Shani.

"Adek katanya mau beli ikan lagi kan? Nanti kita beli abis anterin papa mau ga?" Tanya Shani menenangkan Christy. Ia tahu jika adik kecilnya itu sangat mengkhawatirkan papanya.

"Satu bulan saja sayang, papa pasti pulang" kata Ardhan sambil mengelus pipi Christy.

Setelah satu jam bercengkrama di ruang tv, mereka akhirnya pergi ke bandara untuk mengantarkan papanya. Papanya tak memberitahu ia akan pergi ke mana, hal ini untuk menjaga kerahasiaan dan kelancaran pekerjaannya.

SHIBATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang