Malam ini, seru periuk terdengar di jalanan. Suara kenalpot motor paling mendominasi di seluruh area tersebut.
Wanita-wanita dengan baju seksi mereka, terlihat menyoraki dua orang yang tengah memanasi motor mereka.
Salah satu wanita dengan bendera di tangannya, mengangkat tangannya. Bendera ia ayunkan, pertanda pertarungan di mulai.
Kedua pengendara motor tersebut melakukan motor mereka dengan kencang. Terlihat keduanya mencoba meraih juara pertama.
Di saat motor dengan warna hitamnya maju, motor putih di sampingnya pun menyalip. Begitu terus selama perjalanan.
Hingga, motor hitam telah memenangkan balapan motor itu. Dengan waktu yang tak jauh lamanya. Hanya berbeda 0,7 detik saja.
Sang pemilik motor hitam membuka helmnya, lalu menjulurkan lidah untuk mengejek lawan tandingnya.
"Fuck you. Cuman beda berapa detik." Sang pemilik motor hitam tertawa hebat. Ia mengusap air matanya yang menetes.
"Oh ayolah, tujuh detik itu sangat berarti." Smirk miliknya ia tunjukan. Tatapannya seolah-olah mengejek lawannya.
Di tengah keriuhan tersebut, terdapat sosok lelaki dengan setelan jas khas yang sering ia pakai.
Kedua tangannya ia silangkan di depan dadanya. Matanya terlihat gelap pekat, tandanya ia sangat marah.
Ia merubah posisinya, lalu berjalan mengarah kebisingan tadi. Menerobos segala kerumunan, hingga ia sampai di depan pengguna motor tadi.
Tangannya ia gerakan, dan ia cengkar tangan pengguna motor hitam tadinya. "Ack!" Orang itu merintih sakit.
Ia menatap pada orang yang mencengkeramnya, lalu matanya pun melebar.
"Gin?" Panggilnya dengan gagap. Gin semakin erat mencengkram tangan Souta. Ia angkat tubuh yang menurutnya kecil itu, dan ia bawa masuk ke dalam mobil.
Ia memasangkan seat belt mobil di tubuh Souta. Lalu menutup pintu dengan cukup keras.
Souta tak berani menatap Gin, ia menunduk sedari Gin menggendongnya hingga kini.
Ia melirik sejenak, lalu kembali menatap pahanya sendiri. Yang ia lihat hanyalah mata tajam Gin, dan auranya yang begitu menyeramkan.
Souta meneguk air liurnya kasar. Semakin erat ia memegang celana miliknya hingga kusut.
Di sisi Gin, ia menatap seluruh orang dengan dingin. Smirk ia tunjukan, lalu kembali datar saat menyadari Souta menatapnya.
"Kalian, akan habis setelah ini." Ujar Gin, lalu pergi menuju kursi kemudi. Membuka pintu, memakai seat belt, lalu melajukan mobil dengan sangat kencang.
Tangan satunya ia gunakan untuk menelfon seseorang, dan saat orang ayng di telfon menjawab, hanya satu kata yang Gin ucapkan.
"Bakar." Setelahnya, ia pun menutup telepon tersebut.
Di sepanjang perjalanan hanyalah keheningan malam yang menemani mereka. Tak ada percakapan sama sekali, bahkan di saat empat puluh menit lamanya mereka berjalan.
Souta melirik Gin, yang terkejutnya juga sedang menatap Souta. Gin berdecak, lalu memukul setir kuat.
Souta terkejut, lalu menatap Gin tak percaya. Gin menghela nafas, lalu menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi.
Souta tau arah jalan ini. Yaitu, tempat yang di mana, Gin, Souta, Caine, dan Rion bertemu.
Tempat yang begitu cantik, dan tempat yang menjadi markas mereka ber-empat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulit [GINSOU]
AcakTentang kisah Gin dan Souta yang begitu rumit dan mendebarkan. KALAU GIN DAN SOU GA SUKA, AKU BAKAL HAPUS DAN SIMPEN UNTUK DIRIKU SENDIRI, TERIMAKASIH. DAN PERINGATAN, INI HANYA DI DALAM CERITA, DAN HANYA IMAJINASI SAYA. Terimakasih