6.

675 62 6
                                    

"Paman!!" Suara kecil itu memanggil lembut paman terkasihnya. Suara seorang anak remaja bagai kicauan burung, yang terus membangun seseorang yang tengah tertidur.

"ugh, Gin. Ada apa? Ini masih pagi." Gin tersenyum lebar, lalu melompat pada tubuh ramping sang paman.

"AGH! Gin, sakit." Keluhan keluar dari mulut kecil pria dengan rambut biru langitnya. Mencubit perut Gin, dan menyuruh anak itu untuk segera menyingkir.

"Paman si, sudah di panggil oleh baba tetap saja tak mau bangun. Bagaimana bisa seorang guru malah telat pada hari pertama pelajaran?"

Souta, atau orang yang di panggil dengan panggilan paman tadi menutup telinganya.

Bagaimana bisa, Gin yang dulunya kalem dan pendiam menjadi cerewet sekali?

"Iya iya, paman akan bangun. Jadi, cepat menyingkir dari tubuh paman." Gin tersenyum, lalu beranjak dari tubuh pamannya.

"okay, Gin tunggu di bawah ya paman." Souta hanya sekedar mengangguk dan mengambil handuknya bergegas mandi.

Gin tentunya ikut bergegas untuk turun kembali pada ruang makan. Takut ternyata ia telah di tunggu oleh baba dan ayahnya.

Setelah ia mendudukkan pantatnya pada benda yang memang sewajarnya untuk di duduki, semua mata memandang pada sosok itu.

"Bagaimana? Dia mau bangun?" Tanya seseorang dengan rambut ungu ciri khasnya. Gin mengangguk, melirik orang itu sejenak.

"Aunty tak perlu khawatir, ia telah bangun dan sedang mandi." Wanita itu mengangguk, ia akan malas jika menunggu terlalu lama, jika tidak pekerjaannya pasti akan terlambat.

"Sudahlah Echi, kenapa perlu semarah itu?" Wanita lain dengan rambut coklat menghela nafasnya. Wanita tadi, yang di gadang namanya adalah Echi, mencibir.

"Iya iya engga akan! Mana berani aku semarah itu pada adikku tersayang." Echi menatap sosok berambut biru langit itu, dan menyuruhnya untuk duduk sebelahnya.

"Echi, kau terlihat mencurigakan." Souta menatap horor kakaknya itu, tak biasanya Echi tersenyum seperti ini.

"Oh ayolah~ apa yang engkau khawatirkan? sini sini duduk di sampingku." Ajakan dari Echi semakin membuat Souta curiga.

Setelah anak itu duduk tepat di samping Echi, gebrakan di meja mengejutkan semua orang.

"cih!" Decak anak itu, lalu kembali duduk setelah mendapat teguran dari baba nya.

"santai dong, ga jadi deh Sou. Kayaknya ada yang marah tuh, sana balik ke tempatmu." Souta di buat kesal oleh perkataan itu, dia sudah duduk nyaman dan bersiap untuk makan, tapi apa? lihatlah!

"Tidak. Aku sudah terlalu malas untuk berpindah, ayo papi, di mulai makannya." Rion tentu mengangguk, ia mulai menyuruh anak-anaknya makan dengan di mulai ia yang mengambil makanan.

Suasana hening, tak ada yang berbicara saat makan.

Seusai acara makan itu, anak-anak mulai bersiap untuk pergi pada acara masing-masing.

"Souta, sudah mau berangkat?" Seperempat kerutan tanda marah muncul di kening Souta, ia pukul anak laki-laki itu.

"Paman! Aku lebih tua dari mu." Gin mendengus sebal, entahlah, ia sangat tak menyukai panggilan dengan embel-embel paman itu.

"hem, jadi. Aku ikut ya paman?" Gin memasang puppy eyes, meminta belas kasih pada pamannya.

Melihat itu, Souta jadi teringat akan sosok Gin Gaheboy di masalalu. "Gin..." Gin yang merasa terpanggil, menyahut.

Tetapi setelahnya, ia memasang wajah garang. "Cih, Gin itu lagi? Menyebalkan!" Gin pergi dengan kaki yang ia bentur-bentur kan.

Seolah kembali pada kesadarannya, Souta segera menyusul keponakannya itu. "Gin! Tunggu sebentar, aku meminta maaf padamu, bukan maksud aku seperti itu."

Sulit [GINSOU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang