8

35 2 0
                                    

Jaemin terbangun. Matanya menatap ke segala penjuru kamar, entah apa yang ia cari. Mata indahnya terus menatap ke segala sudut yang ada di kamar miliknya.

"Jeno Geraski, aku tau kau ada di sini" ucap Jaemin sembari memijit pangkal hidungnya. Kepalanya pusing sekali dan indra pendengarannya terasa sangat sensitif sekali.

Jeno keluar dari sudut ruangan yang sangat gelap dari kamar milik Jaemin. Matanya menatap Jaemin yang terus memijit pelipisnya, sepertinya si manis terkena demam setelah melakukan perjanjian kerjasama dengannya.

"Kau baik?"

"Ya, aku baik" jawab Jaemin dengan senyuman, walau sebenarnya dia merasa kepalanya akan pecah.

"Baiklah, kalau begitu lakukan pekerjaanmu" setelah mengatakan hal tersebut, Jeno meninggalkan Jaemin yang terdiam.

"Pekerjaan? Pekerjaan apa?" Ucap jaemin dalam hatinya.

♤♤♤

"Sialan! Apa-apaan ini!? Pekerjaan macam apa ini!? Dasar gila!" Oceh Haechan.

Sekarang Haechan sedang berada di sebuah ruangan kosong, entah apa yang harus dia lakukan. Tapi yang ia tau, Mark menyuruhnya untuk diam di sana dan mengurus beberapa berkas yang tulisannya seperti tulisan alien.

Tok! Tok!

Haechan melihat ke arah pintu, dimana ada Jaemin yang baru mau masuk ke dalam ruangan yang sama dengan dirinya. Wajah Jaemin terlihat pucat dan terlihat sangat lemas. Haechan jadi khawatir melihat keadaan Jaemin.

"Jaem, apa kau baik? Wajahmu terlihat sangat pucat"

"Aku baik, Chan. Hanya saja kepala ku sedikit pusing" Haechan mendekatkan dirinya kepada Jaemin. Tangannya tetulur untuk menyentuh dahi Jaemin.

"Kau terkena demam, Jaem" Haechan menarik Jaemin untuk duduk di sofa yang ada di sana. "Tunggu di sini, akan ku ambilkan obat terlebih dahulu" Haechan pergi meninggalkan Jaemin di sana untuk mengambil obat.

Haechan berjalan kembali ke kamarnya, ia mengambil beberapa obat dan meminta pelayan untuk membuatkan makanan. Setelah kembali ke Jaemin. Haechan segera membantu Jaemin untuk makan dan minum obat. Suhu tubuh Jaemin cukup panas, namun Jaemin terus mengeluh kalau dirinya kedinginan.

"Huff.. sebentar Jaem. Aku ambil selimut dulu" ucap Haechan sembari mengelus tangan Jaemin dengan lembut.

Haechan segera berlari menuju kamar Jaemin dan kamarnya. Membawa dua selimut tebal sembari berjalan cepat. Membuat Haechan tersandung beberapa kali, hingga akhirnya ia hampir terjatuh. Untung saja ada Mark yang menahan tubuh Haechan agar tidak jatuh ke lantai.

"Terima kasih"

"Untuk apa dua selimut itu?" Tanya Mark sembari menatap Haechan yang sedang membereskan selimut yang ada di tangannya.

"untuk Jaemin. Dia terkena demam, jadi aku membawakan selimut untuknya" setelah menjawab Mark. Haechan segera berjalan kembali menuju ruangan kerja untuk melihat keadaan Jaemin.

Mark terus mengikuti Haechan dari belakang. Matanya terus menatap punggung kecil yang ada di depannya, tangannya terulur untuk membantu Haechan untuk membuka pintu.

"Terima kasih, Mark" Mark hanya mengangguk sebagai jawaban.

Haechan segera menyelimuti Jaemin, tangannya terulur untuk mengecek suhu tubuh Jaemin. Dengan talenta, Haechan merawat Jaemin.

"Akan ku panggilkan dokter" ucap Mark.

"Tidak perlu, dia hanya demam biasa. Biarkan dia istirahat selama beberapa hari" ucap Haechan sembari mengusap kepala Jaemin dengan lembut.

THE MORRIGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang