"Ada pendaftar pilot terbaru?""Ada, Bu Miya. Tiga orang lagi mendaftar."
"Kapan Kapten Migha akan tes?"
"Katanya tiga hari lagi, Bu."
Samiya mengangguk-angguk saja. Tak memiliki pertanyaan lanjutan yang ingin diajukan pada sang sekretaris. Informasinya sudah jelas.
Samiya pun mengembalikan fokus pada layar tablet miliknya, membaca dengan teliti jadwal penyewaan pesawat-pesawat pribadi dan empat helikopter hari ini yang telah disetujui kemarin.
Nama Segara Adyatama jelas mencuri atensinya.
Pilot itu akan menerbangkan klien VIP mereka ke Bali dengan privat jet jenis terbaru yang baru dua bulan ini perusahaan beli dari Jerman.
Dengan jam terbang Segara Adyatama yang sudah mumpuni, tentu ia tak perlu cemas pilot itu akan melakukan kesalahan saat bekerja.
Hanya saja, keberadaan dari Segara Adyatama sebagai salah partner kerjanya membuat tidak nyaman. Mereka harus bersinggungan setiap hari dan bertemu di kantornya untuk urusan tertentu.
Tentang siapa sebenarnya Segara Adyatama itu, masih menjadi tanda tanya besar baginya.
"Ada lagi yang Bu Miya butuhkan?"
Lamunan Samiya langsung tersentak akan apa yang ditanyakan sang sekretaris. Ia harus segera meraih konsentrasi lagi guna bekerja.
Gelengan pelan lantas ditunjukkan.
"Tidak."
"Kamu boleh keluar, Rova."
"Iya, Bu Miya."
Rova Clasia segera melenggang meninggalkan ruangan kerjanya, seperti yang telah diminta.
Jadwal penerbangan kembali dibaca karena tadi masih tersisa dua halaman harus diperiksa.
Tok!
Tok!
Tok!
Belum lama dirinya membaca, pintu ruangan kerjanya diketuk lagi. Dan sosok sang sekretaris pun kembali muncul tepat di hadapannya.
"Maaf, Bu Miya."
"Kenapa?" tanyanya to the point saja.
"Ada yang mau bertemu, Bu Miya."
"Siapa?" Samiya semakin penasaran manakala melihat senyuman aneh dari asistennya.
"Salah satu pilot yang kemarin lulus."
"Tadi pilotnya menyebut nama Segara Adyatama pada saya, Bu Miya. Apa boleh dia masuk?"
Samiya tertegun sejenak. Jelas mengenali siapa yang baru disebutkan oleh sang sekretaris.
Kenapa Segara Adyatama ingin bertemu? Apa membahas pekerjaan? Atau lainnya?"
"Bu Miya? Bagaimana? Boleh dia masuk?"
Rova menunggu jawabannya.
Dengan gerakan kepala mantap, ditunjukkannya anggukan beberapa kali. Sang sekretaris tentu saja sudah paham maksud reaksinya.
Rova Clasia pun segera pergi keluar, sudah pasti akan memanggil Segara Adyatama ke dalam.
Samiya mendadak gugup. Detakan jantung juga semakin mengencang. Padahal, ia belum melihat si pilot secara langsung, namun sudah tegang.
Tidak.
Dirinya harus tetap rileks menghadapi pria itu.
Bagaimana pun juga, Segara Adyatama sudah resmi menjadi penerbang untuk salah satu privat jet perusahaannya. Ia akan menjalin kerja sama sampai setahun kedepan dengan si pilot.
Dan ketika didengarnya derap langkah kaki yang kian mendekat, debaran jantung Samiya tambah keras. Entah mengapa reaksinya seperti ini.
"Selamat pagi, Bu Bos."
Suara berat milik Segara Adyatama meloloskan sapaan lembut, membuatnya merinding.
Lalu, ketegangan menguat manakala dilihat pria itu berdiri gagah dengan seragam pilot andalan yang menyuguhkan penampilan kharismatik.
Tak ketinggalan wajah Segara Adyatama tampak lebih cerah dengan senyum menawan yang pria itu pamerkan padanya. Tatapan pun intens.
Lantas, pandangannya dialihkan ke buket bunga mawar berukuran cukup besar yang diserahkan oleh Segara Adyatama. Ia kebingungan.
"Hadiah untuk, Bu Bos."
"Maaf, tapi saya tidak berulang tahun." Samiya pun masih berusaha untuk menolak pemberian.
"Ulang tahun Bu Bos tanggal 13 September."
Samiya tentu saja kembali dibuat tertegun oleh ucapan Segara Adyatama. Ia kian bingung pula harus menanggapi bagaimana percakapan ini.
Namun diputuskan untuk menerima buket bunga mawar pemberian sang pilot. Tak mau saja ia membuat pria itu kecewa atas hadiah disiapkan.
"Thank you." Samiya berterima kasih.
"Kamu paling suka aku kasih mawar."
"Yah?" Samiya mendengarkan perkataan Segara Adyatama, namun tak bisa memahami.
"Kamu akan senang kalau aku beri mawar, saat kita pacaran masa-masa SMA, Bu Bos."
"Begitukah? Maaf aku tidak ingat."
"Apa tidak ingin mengingat semua lagi?"
"Semua lagi?" Samiya mengulang. Gagal paham akan arah pembicaraan sang pilot.
"Kisah kita yang kamu lupakan, Miya."
"Aku akan membantumu mengingat semuanya."
Segara Adyatama sungguh-sungguh dengan niat yang diucapkan. Seperti saran Sanistya, ia harus lebih berani lagi memperjuangkan Samiya.
Tak ada kesempatan yang tidak bisa digunakan untuk mengembalikan memori wanita itu soal dirinya dan kenangan-kenangan mereka.
"Kamu bisa pikirkan pelan-pelan, Miya. Jangan terbebani dengan semua yang aku bilang."
Segara menggerakkan tangan ke kepala mantan kekasihnya, membelai lembut helaian rambut Samiya yang kebetulan tengah digerai.
Wanita itu untungnya tidak menolak atau coba menghindar atas apa yang dilakukannya.
"Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di sini."
"Aku senang bisa melihat kamu langsung, Miya. Aku akan semangat menerbangkan pesawat hari ini."
"Bekerjalah dengan penuh tanggung jawab, Kapten Segara."
..........................
Mana nih komennya? Lanjut nggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pilot Posesif
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part secara lengkap] Hati Kapten Segara Adyatama masih tertinggal di masa lalunya, untuk sang mantan kekasih, Samiya Ayodya. Dulu hubungan mereka boleh kandas, tapi tetap ada peluang di masa depan untuk bersama, memba...