Part 12

1.3K 114 3
                                    

Yok mana vote dan komen nih.

...............

Segara membenahi kembali dasinya yang seperti belum dengan benar terpasang, sedikit miring.

Tangannya cekatan membuat simpul karena ia sudah terlalu sering memasangnya, bisa dibilang setiap hari karena menjadi atribut wajib dalam pakaian kerjanya, seragam pilot kebanggaan.

Namun kali ini, tentu untuk acara berbeda.

Momentum yang spesial, yakni makan malam bersama sang mantan kekasih. Jadi, penampilan harus segagah mungkin, tanpa ada cacat.

Dalam artian, kemeja hitam, jas semi formal dan juga dasi navy pilihanya, mesti dipasang secara sempurna. Tidak boleh berantakan, tentunya.

Tatanan rambut pun dibuat rapi dengan pomade andalan supaya  tampak lebih bekilau.

Parfum paling mahal juga digunakan. Ia ingin menunjukkan maskulinitasnya pada Samiya.

Dan sudah pasti tujuan utamanya untuk memikat keterpesonaan sang mantan kekasih.

Drrttt …

Drrttt ….

Drrttt ….

Tepat setelah menyelesaikan simpul dasi, ponsel berdering. Mata langsung diarahkannya ke layar untuk melihat siapakah yang menghubunginya.

Dan ternyata Sanistya Ayodya, adik Samiya.

Jelas akan diangkat, karena ia perlu bicara untuk membahas rencana yang mereka telah buat.

“Hai, Kak Segara.”

“Hai, Calon Adik Ipar,” jawabnya dengan nada canda karena suasana hati tengah sangat baik.

Sanistya tertawa di ujung telepon.

“Semangat sekali kayaknya, Kak.”

“Harus semangat karena akan malam makan.”

“Mantap, Kak Segara! Aku sangat dukung.”

“Terima kasih, Sanis,” ujarnya dengan tulus.

“Jadi sekalian lamar kakakku kan, Kak segara?”

“Aku akan melamar Miya.”

“Horeee!”

“Harus sukses, Kak Segara! Semangat.”

“Terima kasih, Sanis.”

“Oke, sampai jumpa di Jakarta! Dahhh!”

Sanistya Ayodya lalu menutup telepon.

Tidak berselang lama, ada panggilan masuk dari sang mantan kekasih. Segara mendadak gugup.

“Malam, Bu Bos.”

Samiya Ayodya menyapanya dengan suara yang lembut di ujung telepon. Membuat hati bergetar.

Lalu, wanita itu berkata sudah siap pergi.

“Oke, Bu Bos. Akan aku jemput ke sana.”

Acara bertelepon yang baru beberapa detik lali berlangsung, kini harus disudahi. Sang mantan kekasih yang mengakhiri lebih dulu.

Walau masih ingin mendengar suara Samiya, otak menyuruh Segara untuk lekas bergegas. Ia mesti segera menemui pujaan hatinya.

Jas mewah warna hitam yang baru dibeli, lekas dipakai. Sangat pas karena ukuran telah sesuai.

Parfum disemprotkan kembali di badannya.

Baru kemudian, melangkah keluar kamar hotel sambil membawa buket bunga mawar yang tadi sore dipesan khusus untuk sang mantan kekasih.

Sungguh tak sabar melihat wanita itu.

Untung saja, lift kosong, sehingga menuju lantai tempat kamar Samiya bisa lebih cepat.

Butuh hitungan beberapa detik saja.

Ketika pintu lift membuka, sosok sang mantan kekasih langsung tertangkap oleh matanya.

Samiya berdiri di depan pintu kamar.

Sembari berjalan keluar, mata Segara tak dapat beralih dari sosok Samiya yang tampak begitu menawan dalam balutan gaun selutut berlengan panjang berwarna merah. Rambut digulung.

Benar-benar anggun dan berkelas sebagai wanita yang berasal dari keluarga konglomerat.

Bagaimana dirinya tak akan tambah jatuh cinta?

Andai ingatan Samiya masih seperti dulu, sudah pasti mereka akan berbahagia sekarang. Bahkan mungkin merencanakan pernikahan yang telah mereka berdua sepakati di masa lalu.

“Malam, Bu Bos,” sapa Segara dengan ramah.

“Bu Bos cantik,” pujinya kemudian.

“Terima kasih, Kapt.”

Diserahkan hadiah yang dibawa, setelah sang pujaan hati berbicara. Dan tentu saja, berharap Samiya akan menyukai pemberiannya.

Wanita itu langsung menerima dengan senyum lebih mengembang. Artinya Samiya suka akan hadiahnya bukan? Tak sekadar ekspresi bersifat formalitas untuk menghargai apa yang ia beri.

“Kita berangkat sekarang?”

Samiya lekas mengangguk mengiyakan.

Kapten Segara Adyatama yang sudah menggapai tangannya, dibiarkan saja. Tentu jari-jari mereka saling bertautan karena genggaman erat pria itu.

Lalu, Kapten Segara Adyatama membimbingnya menuju ke lift yang akan membawa mereka ke basement guna mengambil mobil telah disewa.

Kapten Segara nanti menyetir.

Selama di dalam lift yang hanya beberapa detik saja, mereka berdua masih saling diam. Namun keheningan terasa tidak menegangkan.

Dan ketika menuju kendaraan yang akan dipakai ke restoran, keduanya tetap tak saling bicara.

Sampai akhirnya duduk bersisian di dalam mobil dengan posisi Kapten Segara yang mengemudi.

Pria itu pun cekatan memasang sabuk pengaman untuknya, sehingga wajah mereka begitu dekat.

Samiya merasakan debaran jantungnya kencang, manakala melihat senyuman Kapten Segara. Pria itu tampak begitu menawan seperti ini.

Yang paling disukainya yakni keteduhan tatapan  Kapten Segara. Sepasang mata menampakkan ketulusan sangat nyata untuk dirinya.

Seketika pula, Samiya teringat dengan rencana yang sudah dibuat. Dan ia merasa momentum saat ini sangat tepat untuk mengutarakannya.

Dibanding nanti lupa ketika di restoran.

“Kapten Segara,” panggilnya kemudian.

“Bisa bicara sebentar?” pinta Samiya tatkala pria itu menoleh ke arahnya karena dipanggil.

“Mau bicara apa, Bu Bos?”

“Apakah Kapten benar mencintai saya?” Samiya pun melontarkan kalimat tanya dengan mantap.

“Iya, aku mencintai kamu, Miya.”

“Dari SMA sampai hari ini,” tegas Segara dalam nada begitu serius. Ekspresi pun sama.

“Kalau begitu, apa Kapten bersedia menikah dan menjadi suami saya?” tanya Samiya lancar.

“Saya rasa kamu akan menjadi pasangan hidup saya yang bisa mencintai saya dengan tulus.”

“Dengan kita menikah, mungkin saja itu dapat membantu saya mengingat lagi kenangan kita, Kapt.” Samiya utarakan alasan secara gamblang.

“Apa Kapten bersedia menikah dengan saya?”

Dan tampak Kapten Segara begitu kaget dengan lamaran dilontarkannya. Tidak apa jika seorang wanita yang melakukannya bukan?

Lagi pula, ia tak mau melewatkan kesempatan. Tidak ingin juga Kapten Segara dimiliki wanita lain di luar sana yang mungkin suka pria itu.

Dirinya ingin bersama Kapten Segara lagi.

Suami Pilot PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang