Semalam Safira sulit untuk memejamkan matanya. Selain kepiliran dengan kejadian di rumah yang ada di Senopati, ia juga memikirkan tentang poto masa kecilnya ada di dalam kamar yang ditempatinya sekarang. Ada hubungan apa ia dengan keluarga Sadewa?
Pukul 4.30 Safira terbangun. Ia cuma bisa tidur satu jam setengah. Karena baru tertidur pukul 2.00 pagi. Tubuhnya masih terasa letih, akibat kekhawatiran yang menerornya membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Di saat seperti ini, entah kepada siapa ia harus percaya.
Sadewa dan Lita memperlakukan Safira dengan baik. Tetapi, kebaikan itu masih membuat Safira ragu. Karena ia tidak pernah sedekat ini sebelumnya. Hanya tahu kalau Sadewa adalah orang kepercayaan Sabiru dan juga ibu mertuanya.
Setelah melaksanakan salat subuh, Safira keluar dari kamarnya. Saat datang pertama kalinya ke apartemen milik Sadewa, Safira langsung masuk ke dalam kamar. Ia benar-benar letih. Makan malam pun di antarkan oleh Lita. Jadi, belum sempat mengenal apartemen milik Sadewa.
Apartemen milik Sadewa di dominasi warna putih. Cukup luas dan juga mewah. Hanya terdiri dari tiga kamar. Tidak banyak barang-barang yang memenuhi ruangan. Mungkin penghuninya penganut gaya minimalis-- yang tidak menyukai banyak barang memenuhi ruangan. Tetapi sangat terlihat jika penghuninya menyukai buku. Karena bisa dilihat dari banyaknya koleksi buku-buku yang terpajang di dalam rak.
Safira melintasi ruangan menuju dapur. Di sana sudah ada Sadewa, dia sedang mengaduk sesuatu di dalam cangkir. Safira sangat mengenali aromanya, yakni teh chamomile.
"Hai, Fira, kamu sudah bangun? Sini, minum teh bareng," sapa Sadewa. Senyum manis tersungging dari bibirnya. Ia menyodorkan secangkir teh pada Safira.
'Bahkan dia pun mengetahui jika aku suka minum teh chamomile? Apakah ini hanya kebetulan saja?' batin Safira.
Safira merasa ragu untuk menerima teh yang disodorkan Sadewa. Ia takut ada serbuk yang dicampurkan dalam teh tersebut.
"Teh ini aman, kok, Fira. Aku nggak mencampurkan racun di dalamnya." Sadewa berusaha meyakinkan Safira. "Di sini, keamananmu terjamin," tambahnya.
"Terimakasih, Mas," lirih Safira.
'Kenapa dia tahu kalau aku meragukannya?'
"Saya tidak melihat Lita, Mas. Dia kemana?"
"Dia biasanya lari pagi kalau jam segini. Setelah itu akan mencari sarapan. Bentar lagi juga pulang," terang Sadewa.
Safira menganggukan kepalanya, pertanda ia mengerti.
"Bagaimana tidur kamu semalam?" tanya Sadewa. Wajah Safira terlihat pucat, kelihatannya dia kurang tidur.
"Kurang nyenyak. Mungkin karena saya sedang banyak pikiran," jawab Safira jujur.
"Jangan terlalu banyak pikiran, Fira. Kasihan dengan janin kamu kalau bayinya tidak sehat."
"Mas Dewa bolehkah saya bertanya sesuatu?" Safira merasa harus mengeluarkan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Ya. Tanyakan saja?"
"Kenapa Mas Dewa tahu kalau saya hamil. Padahal, Sabiru sendiri tidak tahu kalau mantan istrinya sedang mengandung anaknya."
"Aku nggak sengaja melihat kamu di rumah sakit di antar oleh teman kamu. Saat itu aku sedang mengantar Lita berobat. Dan aku mengikuti kamu berjalan ke ruangan dokter kandungan. Jadi, aku mengira kalau kamu hamil. Karena sahabat dekatmu belum menikah bukan?"
"Maaf, kalau saya sedikit curiga pada Mas Dewa, tapi saya merasa jika Mas Dewa lebih banyak mengenal hidup saya."
Ada binar kaget di mata Sadewa meski sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Safira
Chick-LitSetelah diceraikan oleh suaminya, kepahitan masih enggan sirna dari hidup Safira, ia harus mengalami penculikan oleh orang yang memiliki dendam masa lalu terhadap keluarganya. Safira berhasil meloloskan diri dari kejaran sang penculik, namun naas, m...