Twenty

18 3 0
                                    

Langkah ribuan kaki terdengar.

Semilir angin meniup daun diatas pohon agar terjatuh. Tanah yang dipijaki telah berubah menjadi tanah penuh darah. Anyir darah tercium kesegala arah. Rembulan malam menyinari permukaan tanah penuh darah itu.

"Apa kau yakin akan hal itu Nak?" Kepala pasukan bertanya ragu.

Rhea berdehem.

Kepala pasukan menghela nafas panjang. "Jika ini lelucon ini sangatlah tidak lucu nak, para pasukan yang tersisa sudah sangat letih. Jika memang monster-monster itu berasal dari retakan yang kau bilang, mengapa pengawal kerajaan mengatakan itu dari portal?" Kepala pasukan menggerutu.

Rhea berhenti.

Semua langkah kaki yang mengikutinya sontak ikut berhenti.

"Apa? Apa yang terjadi? Apa kau sudah menemukan retakan itu?" Tanya kepala pasukan menatap waspada kedepan. Bagi kepala pasukan itu, hal gila yang pernah ia lakukan bukanlah membunuh ribuan orang, namun mengikuti gadis kecil yang tidak ia kenal sama sekali. Sama halnya seperti kau mencoba mengikuti anak kecil dan berakhir tersesat.

"Kau terlalu banyak bicara" gumam Rhea sedikit keras

Hening.

"Roaaaawwww!!!" Auman monster terdengar di antara celah pohon yang terbelah. Cahaya kehijauan memancar menerangi hutan gelap itu.  Namun, bila dilihat lebih dekat itu bukanlah portal yang berasal dari belahan pohon tu itu. Melainkan portal yang muncul sendiri,  atau mungkin ada seseorang yang membuatnya?

"Tak kusangka kau datang lebih awal dari yang aku pikirkan" suara halus namun tajam itu menyapa orang disana. Sosoknya dengan jubah hitam yang menutupi sebagian wajahnya menambah kesan menakutkan, sahutan sahutan monster terdengar dimana-mana, dan monster-monster aneh mulai keluar dari portal tersebut.

Rhea mendengus. "Aku tidak sebodoh itu untuk menyadarinya "

Tawa mengerikan dikeluarkan wanita itu.

"Semuanya! Angkat tinggi tinggi panah kalian, bersiap untuk melawan!" Seru Bonet mengarahkan pasukannya saat para monster siap menyerbu.

Stromm!!

Tanpa menyisakan satu pun monster, Rhea telah mengubah para monster-monster tersebut menjadi es.

Wanita itu menepukkan tangannya.

Perlahan wanita itu membuka tudung yang menutupi sebagian wajahnya.

Aeera.

Penghuni dunia paralel air yang tamak itu.  Wanita gila yang berambisi menguasai keempat dunia paralel.

"Saya rasa anda sangat serakah nyonya Aeera" ucap Rhea penuh penekanan.

"Serakah? HAHAHAHA." Lengkingian nyaring keluar dari mulut Aeera. "Mungkin jika kau mengetahui betapa parahnya ayahmu, kau akan mengatakan bahwa aku sangat rendah hati"

"Jangan dengarkan wanita gila itu Rhea" Vieer menahan rasa penasaran Rhea.

"Lepaskan" desis Rhea menyentakan kasar cekalan Vieer.

"Kau!" Seru Aeera menunjuk Vieer. Wanita itu menatap Rhea dan Vieer bergantian sebelum tertawa renyah.  "Anak pembawa kutukan dan anak terbuang. Wah wah wah, kombinasi yang sangat bagus " wanita itu tersenyum sinis.

"Tutup mulutmu" ucap Vieer dan Rhea menatap datar wanita itu.

"Sebenarnya apa yang kalian bahas sih?" Tanya Bonet menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

Aeera mengangkat tangan kirinya yang memegang tongkat kayu.  Cahaya kehijauan memancar seketika. Membentuk lubang hitam tanpa ujung.

"Jika kau tidak mau menerima tawaranku, jangan pernah menyesalinya" perlahan, lubang hitam itu menyerap apapun di sekitarnya.

Dark Knight : RheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang