Fifteen

34 5 0
                                    

"air, tempat para makhluk seperti elf, dan manusia tinggal. Penuh kedamaian dan ketenangan. Tempat impian bagi siapapun. Teknologi yang canggih melebihi sihir-sihir dunia batu. Dunia ini" Aeera merentangkan kedua tangannya. "Lebih maju daripada dunia pararel yang lain. Kesetaraan gender berlaku di dunia ini. Hukum berdiri tegak di dunia ini. Yang berkuasa hanyalah mereka yang jenius dan bisa mengendalikan perasaannya. Tidak ada orang jahat disini. Hanya ada kedamaian. Dan tanpa sihir"

Aeera bangkit dari sofanya.

Mata hitam pekatnya mengajak Rhea mengikuti wanita itu.

"Dan mungkin aku akan mengajakmu berkeliling sejenak" Aeera membuka pintu rumahnya. Pemandangan gedung-gedung pencakar langit, pohon aneh berbuah permen, awan warna warni seperti gulali, udara segar memenuhi indra penciumannya.

Benar-benar di luar dugaan.

Dunia ini seperti dongeng dan terasa tidak nyata.

Aeera terkekeh kecil "awan itu bukanlah awan sungguhan"

"Teknik manipulasi? Atau hanya kubah yang di desain khusus untuk menggambarkan awan buatan?" Rhea menyela dan menyeringai.

Aeera terkekeh geli.

"Kau benar." Wanita itu memasukan tangannya di saku celana. "Teknologi di dunia ini melebihi akal manusia. Sungguh di luar nalar bukan? Semuanya sangat canggih. Modern. Dan tanpa mereka sadari, hal itu membutakan mata mereka yang gila akan kemajuan"

Rhea mendengus.

"Udara"wanita itu menatap lekat wajah datar Rhea. "Tidak ada yang tau keberadaan, keadaan dan segalanya tentang dunia itu. Namun satu hal yang semua penghuni dunia air ini tau bahwa penghuni udara sangat kuat."

Angin meniupkan helaian rambut hitam Rhea yang terurai. Jubah merahnya berkibar terkena hembusan angin. Mata hazel nya berkilat terkena cahaya matahari.

"Terkadang aku sedikit bingung, mengapa dunia ini disebut dunia air padahal tidak berada di permukaan air" mata Aeera menyipit menatap Rhea.

"Tanah, batu, air, udara" Rhea menyeringai kecil  "bukankah keempatnya adalah partikel penyusun permukaan tanah?"

"Kau tau itu"

Hening mendominasi.

Hanya gemericik air pancuran taman yang berbunyi menghiasi keberadaan keduanya.

"Dan kau memiliki keempat karakteristik dunia pararel." Seketika tatapan ramah itu berubah menjadi tatapan penuh ambisi "kau memiliki sifat yang egois, sihir, ketenangan, dan kekuatan. Bukankah itu sangat tidak adil?"

Rhea mengangkat sebelah bibirnya.

"Lalu aku harus peduli?"

"Seharusnya kau mencari tau sosok orang tua mu bukan cara mengendalikan sihir. Sangat bodoh" gumam Aeera kecil.

"Mereka hanya orang biasa yang tidak perlu aku cari tau" desis Rhea dingin.

Aeera menyeringai. "Jika kau mencari tau orang tuamu sudah pasti segalanya menjadi kelas anak kecil. Kau mungkin jenius namun untuk apa menjadi jenius dan kuat jika kau sendiri tidak bisa berekspresi dan mengenali perasaan mu?"

Tangan Rhea terkepal.

Wanita itu benar, dirinya sendiri tidak bisa mengenali perasaannya. Lantas untuk apa ia mengenali sihir? Untuk apa ia membawa kedamaian? Untuk apa ia terus berjuang? Untuk apa ia terus hidup?

Pikiran Rhea berkecamuk.

"Tuhan sangat tidak adil bukan? Kau yang sempurna namun tidak bisa berekspresi. Aku yang bisa berekspresi namun tidak memiliki kekuatan. Jika tuhan adil mengapa tidak semua orang mendapatkan hal yang sama?" Mata Aeera berkilat. "Bagaimana jika kau dan aku berkerja sama? Aku akan membantumu menemukan orang tua mau dan menyelesaikan susunan puzzle ini. Dan kau akan membantuku memerintah keempat dunia pararel. Kita akan menjadi rekan yang sempurna"

Rhea menyipitkan matanya.

"Sepertinya kau sudah gila" Rhea mendengus dingin.

"Tidak jika aku gila aku sudah berada di rumah sakit jiwa. Pikirkanlah kita berdua akan berkuasa bersama-sama dan menciptakan dunia tanpa mereka yang egois."

"Tanpa kau sadari dirimu lah yang sadari tante-tante girang" Rhea tersenyum merendahkan.

Kedua tangan Aeera berada di pundak Rhea. Cengkramannya menguat.

"Dengarkanlah wahai bocah, mereka yang merendahkan mu, tidakkah kau ingin membalaskan dendam? Mereka yang selalu saja menyuruh-nyuruh mu. Mereka yang menjerumuskan mu didalam Organisasi sihir hitam Dark Knight dan memanfaatkan potensi yang kau miliki" suara aeera meninggi. "Kau tidak perlu melakukan perintah mereka agar tetap bertahan hidup. Kau bisa hidup abadi jika berada di dunia Udara. Kita akan menguasainya bersama sama."

Tatapan Rhea tetap tidak berubah.

Hanya tatapan datar dan dingin.

"Kau tau? Usus halus manusia memiliki panjang 7 meter. Panjang usus besar 1,5 meter. Bagaimana jika kita membuktikannya dengan mencongkel usus mu? Berhubung kau orang dewasa, mungkin panjangnya lebih besar" senyum sinis Rhea melepaskan cengkraman Aeera.

"Hahahaha, ternyata kau benar-benar seperti makhluk rendah itu. Psikopat"

"Atau mungkin kau ingin melihat besar jantung dan hatimu? Kudengar ukurannya berbeda, tergantung orangnya. Mau mencoba? Aku dengan lapang dada akan mengambilnya dari tubuhmu " Rhea mendengus kecil.

"Bocah ingusan " desis Aeera bak ular.

"Oh, matamu sepertinya ingin di congkel karena tidak bisa melihat bidadari cantik dan sempurna ini ya? Huh. Sangat di sayangkan. Ngomong - ngomong jangan panggil aku anak kecil Paman" Rhea mendengus kasar.

"Kau akan menyesalinya." Aeera terkekeh kencang menatap Rhea.

"Hahahaha " tawa bergema diantara taman rumahnya.

Kesan asri tiba-tiba menghilang, hanya menyisakan kesan menyeramkan di sekelilingnya.

Rhea mengangkat sebelah alisnya.

"Kau akan menyesali penawaranku nak, akan kupastikan kau tidak akan pernah bahagia dan selamat" wanita itu menjentikkan jarinya.

Pandangan Rhea memburam. Kepalanya terasa di putar-putar.

"Tunggu!!" Rhea mencoba memelototi wanita itu.

Tangan kanannya mengeluarkan api.

"Terima dulu hadiahku Medusa" Rhea mengangkat ujung bibirnya.

Api yang Rhea hasilkan ia lempar ke rumah Aeera.

Dan tentu saja, rumah itu hangus terbakar.

Setelah itu Rhea benar benar menghilang.

Kesekian kalinya, gadis itu tidak sadarkan diri.

•••

Jangan lupa untuk vote and komen!

Gwencana yang baca dikit!

It's okay, yang penting ada yang baca toh

Abdi henteu kunanaon!

Gwencana ~~~~

Dark Knight : RheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang