Nine

46 10 0
                                    

"ck, poster wajahku sangat jelek!! Bisakah setidaknya mereka mengecilkan hidungnya? Itu sangat mengerikan" pekik Rhea didepan poster wajahnya.

Gadis itu segera mencopot posternya dan mengumpulkan didepan dadanya. Tumpukan poster dengan wajahnya sudah Rhea hilangkan.

Orang aneh mana yang ingin menjadi buronan? Dan memiliki hidung super besar?

"Awas aja kalo aku menemukan orang yang membuatnya, akan ku cincang halus tubuhnya dan menjadikannya santapan lezat harimau" dengus Rhea kesal.

Rhea melangkahkan kakinya melewati malam. Angin sepoi-sepoi menghembuskan tudungnya yang tertutup. Memperhatikan wajah yang putih dan rambutnya yang hitam legam tak terurai.

Kota Oliena sudah sepi. Hanya beberapa toko yang buka menyajikan segala minuman. Gadis itu menarik tudungnya menutupi wajah. Berusaha tidak ada yang melihatnya mencopot poster-poster wajahnya.

Langkah kaki Rhea berhenti ditepi hutan gelap. Gubuk kecil yang sudah reot termakan usia berdiri di hadapannya. Rhea mengetuk pintu pelan dan membuka pintunya tanpa menghiraukan pemilik gubuk tersebut yang mengomel pelan.

"Ck bukankah sudah kukatakan untuk tidak membuka pintu sembarangan? Setidaknya tolong mengetuk pintunya" omel gadis bersurai merah kesal.

"Hmm" Rhea menidurkan tubuhnya di kursi goyang dekat perapian.

"Ayolah, aku menyeretmu di dunia ini karena kau jenius, tapi sayangnya tidak dalam bidak etika" dengus gadis bersurai merah sembari duduk di kursi usang sebelah Rhea. "Rhea? Aku berbicara denganmu!!"

"Aku mendengarkan Illo" Rhea menyeringai disela tutupan matanya"

Satu Minggu yang lalu

"Kau bodoh atau apa?!?! Mengapa menjadi pembunuh bayaran Dark Knight?!?!" Pekik Illo dengan bibirnya yang pucat.

"Bukan urusanmu" Rhea berdiri dari tempat jatuhnya dan mengambil pedang milik sosok bertopeng itu. Lumayan untuk koleksinya.

"Aku memanggilmu kesini bukan untuk membunuh seseorang Rhea Zanovya" desis gadis itu, mata hijau emerald-nya berkilat marah.

"Kau pikir, kau tuhan huh?" Lanjut Rhea menyeringai "siapapun kau aku tidak peduli. Aku tau kau sosok yang menyuruhku mencarimu. Namun ironisnya aku tidak peduli~~~"  Rhea melanjutkan langkah kakinya menjauh dari gadis itu.

"Ah kau benar-benar mau mati ya" tawa kecil terdengar di telinga Rhea.

"Maksudmu?" Rhea menghentikan langkahnya dan berbalik kearah gadis itu.

"Didalam suatu dunia pararel tidak boleh ada dua jiwa yang sama. Jika keduanya tetap bertahan di dunia maka keduanya akan mati" mata emerald itu menggelap, wajah yang terlihat ceria, anggun dan lemah lembut tersingkirkan oleh tatapan yang tajam.

Rhea mendatarkan wajahnya "dunia pararel? Sayangnya omong kosong mu tidak bisa meyakinkan ku nona" tatapan mata coklat itu menggelap seiring kata-kata yang terucap.

Kedua tatapan itu seolah-olah akan membolongkan tubuh di hadapannya. Aura mencengkram memenuhi sekitar keduanya. Namun keduanya tetap tidak bergeming.

Kedua wajah mereka sangat sama. Hanya warna rambut dan bola mata yang berbeda.

"Kau harus menerima takdir mu Rhea" lanjut gadis itu "aku Illo, kembaranmu di dunia pararel. Kita berdua harus disatukan. Jika tidak kita akan lenyap dari muka bumi, atau bahkan peradaban. Dimasa depan tidak akan ada kita. Salah satu dari kita harus bertahan, membawa kekuatan untuk menghadapi 'dia' yang kelak menghancurkan semuanya. Ini takdir yang harus kau terima Rhea"

Dark Knight : RheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang