“Kakakmu mana?”
Sayup-sayup suara lembut ibunya terdengar sampai kepada yang tertua ketika gadis itu sedang menggantung mantel di dekat pintu utama. Jessica melepas sepatunya kemudian menghampiri Krystal yang tengah tiduran di atas sofa sambil menatap laptop.
“Nah, ini dia baru pulang.” Krystal berguling ke bawah, menjatuhkan tubuh ke lantai dan mendekap kedua lututnya di depan dada.
“Hai, Mam,” sapa Jessica tersenyum seraya duduk pada sofa kosong di belakang Krystal sambil merapikan rambut coklatnya dengan sebelah tangan.
“Habis dari mana, Sayang? Kok sampai larut malam pulangnya.”
“Kencan sama wanita cantik,” sahut Krystal sambil cekikikan dan berlari cepat membuka pintu kamarnya sebelum tangan sang kakak bisa berbuat macam-macam.
“Apaan sih.” Jessica melotot, jelas tidak suka dengan cara bercandanya si bungsu. “Jangan percaya omongan Krystal.”
“Kalau benar juga tidak masalah. Mama ikut senang asal kamu bahagia.”
“Enggak kok. Tadi itu aku habis jalan-jalan di sekitar sini saja.”
“Sama siapa?”
Jessica tahu arah pembicaraan ibunya yang masih penasaran dengan pernyataan Krystal sebelumnya. Akan lebih aman kalau dijawab ‘sendirian’ tapi dia telah bersumpah untuk tidak pernah berbohong lagi kepada ibunya.
“Sama teman,” jawab Jessica ragu-ragu. Dia menatap pintu kamar Krystal yang tertutup rapat dan entah untuk alasan apa tiba-tiba dia merasa bersalah.
“Calon pacar ya?”
Jessica masih bisa tertawa, meski tangannya sangat gatal ingin meremas mulut Krystal yang tadi asal bicara. “Bukanlah. Baru kenal bulan lalu. Sama-sama orang Korea yang lagi liburan di sini.”
“Mama senang lihat kamu bisa ketawa lepas begitu. Kelihatan makin cantik. Pantas ada yang langsung naksir kamu padahal belum lama kenal ya.”
“Mamaaa!” suara rengekan manja dan tawa hangat dari pasangan ibu dan anak itu terus berlanjut sampai satu ke depan hingga yang paling tua menutup sambungan video call.
Tanpa berlama-lama lagi Jessica melangkah cepat dan mendobrak pintu kamar adiknya. “Apa sih maksud kamu tadi bilang begitu?”
Suara keras dari arah pintu membuat Krystal terlonjak kaget, namun kemudian tertawa terbahak-bahak. “Ya ampun, tadi aku cuma bercanda. Tapi kalau kalian berdua pacaran sih bagus juga.”
Jessica menaikkan sebelah alis. “Maksudnya pacaran sama siapa?”
“Oh, seriously.. Come on.. I saw you both the other day. Aku lagi antre Wafels & Dinges di dekat Broadway Plaza pas jam pulang kerja, terus aku lihat kalian jalan berdua sambil ketawa-ketawa.”
Jessica mencoba mengingat kembali kapan dia pernah membawa Taeyeon menjelajahi daerah situ. Sepertinya lima hari yang lalu setelah seharian mengajaknya jalan-jalan di kawasan Brooklyn.
“Oh.”
“Happiness looks good on you,” kata Krystal sambil duduk tersenyum memeluk bantal kesayangannya. “Hebat juga dia ya bisa buat kamu ketawa lebar begitu. Padahal waktu di pesta tahun baru kelihatan pendiam. Malah aku terus yang ajak ngomong. Tapi memang cantik sih Taeyeon itu, kulitnya putih banget. Kok kamu tidak pernah cerita sih kalau jalan bareng sama Taeyeon?”
“Apa juga yang mau diceritakan orang kami cuma jalan-jalan kayak teman sewajarnya.”
Hubungan mereka hanya sebatas teman. Itu fakta. Namun, Jessica tidak bisa menyangkal kalau dirinya juga menikmati setiap momen kebersamaan yang mereka lewati. Bahkan ketika mereka betah duduk selama berjam-jam dalam keheningan lantaran sibuk pada dunianya masing-masing.