Sulit bagi Jessica untuk percaya akan cinta sejak tragedi lima tahun silam, tetapi tidak adil juga bila dia berprasangka buruk terhadap kisah percintaan orang lain. Terutama malam ini, ketika sepupunya berdiri di dekatnya dengan senyum bahagia; mengenakan setelan jas hitam dan dasi kupu-kupu serta ornamen bunga putih di bagian dada kiri.
“Akhirnya ya,” goda Jessica seraya melayangkan tepukan keras di lengannya.
“Yeah,” binar pada bola mata Jung Ilwoo sama cerahnya dengan senyuman di bibirnya. “Sudah ketemu sama Yuri?”
“Belum. Baru juga sampai. Krystal masih di luar cari tempat buat parkir.”
“Ya sudah kamu ke belakang saja dulu nanti aku kasih tahu Krystal buat susul ke sana. Atau mau tunggu di dalam? Sudah disiapkan meja paling depan buat kalian.”
“Aku ke belakang saja deh,” balas Jessica tetap tersenyum meskipun hatinya terasa gelisah.
Sejujurnya, Jessica lebih merasa nyaman berada di ruang pengantin wanita atau kamar lainnya, atau di mana saja, asal bukan di ballroom yang menjadi tempat perkumpulan tamu undangan. Mau berdandan secantik apa pun dirinya tidak akan sanggup membungkam mulut segelintir orang bernada sumbang yang entah bagaimana selalu sampai ke telinganya, seolah itu memang disengaja untuk mempermalukan dirinya.
“Oh, dia yang sudah cerai itu, ya?”
“Bukan cerai. Katanya dari pihak Lee Donghae minta pembatalan status pernikahan mereka.”
“Hah, serius?”
“Ingat tidak, waktu itu banyak remaja wanita yang membakar baju-baju merk Sono?”
“Oh, iya, aku melihat beritanya di televisi.”
“Mereka adalah penggemar Lee Donghae yang marah besar kemudian menyerbu kantor brand lokal tersebut dan menuntut wanita itu untuk meminta maaf di depan publik. Kabarnya dari pihak agensi Donghae membuat pernyataan bahwa artisnya merasa tertipu dan diperdaya hingga tidak sadar akan perbuatannya.”
“Benarkah?”
“Begitulah yang dikatakan oleh media.”
Itu, dan itu, dan itu, dan itu lagi. Orang-orang yang selama ini hanya kenal wajah Jessica dari layar televisi akan selalu menyudutkan wanita itu tanpa pernah mencari tahu kebenarannya. Andai saja Jessica mau menuruti akal sehatnya untuk buka suara tentang agensi keparat itu yang menghasut artisnya agar membatalkan status pernikahan demi mengejar popularitas, mungkin masih ada yang bisa diselamatkan dari dunianya. Namun, cinta itu mematahkan akal sehat dan membuat seseorang menjadi gila.
Jessica berdiri di depan pintu dan mengetuk dengan sopan sebelum mendorongnya secara perlahan. Itu mungkin akan sedikit canggung karena mereka hanya pernah berbicara lewat sambungan video call. Lebih baik jika dia masuk bersama Krystal tetapi gadis yang ditunggu itu tidak muncul sampai kesabarannya menguap.
Lalu, ketika pintu terbuka... Jessica terkesiap. Ada seseorang bertubuh mungil sedang berdiri di samping calon mempelai wanita, matanya berwarna coklat dan kulitnya seputih porselen, rambut hitamnya dibuat agak bergelombang. Pandangan mata mereka bertemu tidak lebih dari dua detik. Jessica mundur selangkah dan membiarkan pintu tertutup dengan sendirinya.
Mendadak pikirannya kosong. Out of places and she’s here? Sial. Jessica tidak tahu mau pergi ke mana tapi yang pasti langkah kakinya semakin cepat seiring dengan debar jantungnya yang tidak beraturan. Demi Tuhan, aku tidak siap.
***
Taeyeon masih ingat janjinya pada diri sendiri untuk tidak akan 'mengganggu’ Jessica sampai dia merasa siap. Sesungguhnya dia tidak tahu definisi siap itu sendiri seperti apa, sementara ada hasrat yang muncul begitu saja dari dalam dirinya saat bertemu kembali dengan Jessica.