🌙 Bab 6

21 10 0
                                    

Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan sudah dilewati Syafina di bangku Universitas Cipta Bangsa.

Dengan waktu yang terus berjalan, tanpa disadari ia sudah memasuki semester genap. Kesibukannya akan tugas-tugas kuliah semakin banyak, membuat jadwal hariannya bertambah padat.

Selain itu, ia semakin sibuk menghafal Al-Qur'an. Sebenarnya biasa saja, hanya saja guru mengajinya itu semakin lama semakin sering datang. Dari yang awalnya sepekan cuman datang dua hari, eh malah jadi datang setiap hari setelah sholat isya.

"Huh, capek. Gak bisa istirahat dulu apa, gue kan baru selesai nugas," batin Syafina yang sungguh, ingin sekali mengusir Ammar.

Ammar mendengarnya, akhir-akhir ini ia jadi sering mengerti Syafina tanpa ditanya. Karena gadis itu selalu mengerutu di dalam hati tentang apapun.

"Kalau capek kamu boleh istirahat, setengah jam lagi mengaji. Setor hafalannya besok saja," ucap Ammar.

Senyum mengambang di kedua sudut bibirnya. Syafina mengangguk kemudian menutup Al-Qur'annya, tak lupa memberi penanda di sana emnggunakan penunjuk baca.

Syafina berdiri dari duduk melantainya, kemudian berjalan ke arah dapur. Di sana ada Mawar yang sedang minum teh sambil membaca entah apa dari layar ponselnya.

"Mama, lagi apa?"

Mawar melirik pada putrinya yang baru saja duduk di hadapannya. "Lagi baca grub whatsapp. Ini lagi rame banget bahas mau arisan bulan ini di rumah siapa."

"Ma."

Mawar meletakkan ponselnya di meja makan, lalu menatap anaknya.

"Kenapa, sayang?"

Syafina menghela nafasnya kasar. "Bisa gak sih Mama tanyain kak Ammar, jangan datang tiap hari. Syafina capek tau!"

Syafina menundukkan kepalanya dengan kedua lengan sebagai bantalan di atas meja.

"Tapi Mama suka kalau nak Ammar datang tiap hari. Dia jadi bisa ajarin kamu terus kan. Dia juga anak yang baik loh, Mama kenal dia dari waktu abang masih kuliah. Adek gak suka diajarin sama dia?" tanya Mawar mewanti-wanti.

"Suka." Syafina mendongak menatap Mawar. "Tapi dia ngeselin, kalau ngomong ngirit banget kayak ngomong itu harus bayar aja, dia juga banyak banget ngasih hafalan dalam sehari. Adek capek, Ma."

Mawar mengangguk paham. Ia memegang tangan Syafina sambil dielusnya dengan lembut.

"Mama paham. Nanti Mama tanyain ke nak Ammar biar hafalannya dikit-dikit aja, ya?"

"Iya. Makasih Mamaku tersayang!"

Syafina berdiri memeluk Mawar. Kemudian mengambil segelas air. Setelah habis di minum Syafina kembali ke ruang tamu menemui Ammar yang sedang mengaji.

"Pinter akademik, paham agama, mengajinya bagus, ganteng juga sih, tapi ngeselin! Gak asik kalau ngobrol, pembahasannya kayak bapak-bapak. Apa dia sebenarnya bapak-bapak yang awet muda, ya?" batin Syafina yang tiba-tiba memikirkan Ammar saat melihat pria itu sibuk dengan Al-Qur'an di tangannya.

Sementara Ammar yang sedikit terganggu dengan isi hati Syafina menghentikan kegiatannya. Beralih menatap Syafina.
"Saya harus pulang, ada urusan. Mengajinya besok saja, sekalian setor hafalan."

Ammar berdiri dari duduknya menggenggam Al-Qur'an. Tidak lama Mawar datang dan menghampiri mereka di ruang tamu.

"Sudah mau pulang?" tanya Mawar.

"Iya tante, InsyaAllah besok saya datang lagi jika tidak ada hambatan."

Mawar mengangguk sambil tersenyum. "Ina, naik ke kamar nak. Istirahat aja ya, besok kamu kuliah."

Mr. A?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang