Di hari libur ini, niatnya Syafina ingin diam di rumah saja dan menghabiskan waktu untuk membaca tuntas novel-novel dan komik yang seminggu lalunya di beli. Syafina membeli lumayan banyak waktu itu, berkat diskon yang membuat harganya jadi murah.
Tapi niatnya diurung, ketika Syafina mendapatkan pesan bahwa sore ini Nayla sudah bisa pulang ke rumah.
Syafina segera bersiap, dengan setelan rok hitam, blazer coklat, dan jilbab coklat senada dengan blazer yang dikenakan. Syafina berangkat diantar supir menuju rumah sakit.
Namun sebelum ke rumah sakit, Syafina mampir di toko donat untuk membelinya karena Nayla berkata sangat ingin makan donat.
"Makasih, pak Tamrin, nanti kalau Ina gak telepon gak usah di jemput ya," ucap Ina sebelum turun dari mobil.
"Siap, mbak Ina."
Syafina melangkahkan kakinya masuk ke rumah sakit, matanya beredar menatap seisi ruangan pertama yang sudah tercium bau obat-obatan. Syafina menghentikan langkahnya ketika melihat seorang pria dengan kemeja hitam berjalan masuk. Dari belakang Syafina seperti mengenali orang tersebut. Syafina berlari pelan menyamakan langkah mereka.
"Kak Ammar?"
Orang yang dipanggil sontak langsung mengalihkan pandangannya, menatap gadis yang memanggil namanya. "Syafina."
"Kakak ngapain di sini?" tanya Syafina.
"Bunda saya masuk rumah sakit, kamu ngapain?"
"Nayla, biasalah. Tapi hari ini dia udah bisa pulang."
Ammar mengangguk lalu kembali berjalan. Syafina mengikut di belakang Ammar, ia sedikit tertinggal karena langkah pria yang lebih lebar.
"Kakk, bundanya di kamar nomor berapa?"
"59."
"Loh, sampingan sama Nayla ternyata," batin Syafina. Kemudian berlari mendahului Ammar.
Syafina berlari sembari mengangkat tangannya dan menunjukkan jari jempol, "oke, aku duluan ya!"
- -🌙 - -
Syafina sudah berada di kamar inap Nayla. Dengan donat yang berada di tangannya.
"Yuhuu, donat datang!" seru Syafina lalu meletakkan donat tersebut di meja samping brankar.
Ariel melihat kedatangan Syafina. "Kamu jadi tukang ojek makanan dek?"
"Go pud pribadi Nayla, hehe. Tapi untuk hari ini aja," jawab Syafina.
"Asikk. Coklat kan??" tanya Nayla semangat.
"Campur-campur, biar lo bisa coba semua varian."
"SYAFINAAA!! MAACII!"
Dengan penuh semangat, Nayla mengambil kotak donat tersebut. Lalu membukanya. Matanya penuh binar, sudah lama ia ingin makan yang manis-manis, tapi Ariel tidak pernah membelikannya. Untung saja dia punya sahabat sebaik Syafina.
Syafina tersenyum senang melihat antusias Nayla. "Habis ini gue juga harus jenguk bundanya kak Ammar, bagusnya bawa apa ya? Atau buah aja?" batin Syafina.
Setelah kurang lebih setengah jam, Syafina pamit sebentar pada Nayla. Dengan alasan ingin menjenguk orang tua temannya.
Syafina membeli buah yang tak jauh dari rumah sakit, Syafina hanya berjalan kaki ke sana. Ada banyak pilihan buah, tapi Syafina tidak tahu ingin mengambil buah apa. Jadi dia beli saja buah yang dia suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. A?
RandomMenjaga jodoh sendiri, membuatnya tidak bisa menahan senyum tiap berjumpa. Ammar, yang sudah lama jatuh cinta dalam diam pada adik salah satu teman kuliahnya. Selama ini hal yang membuatnya bisa mendekatkan diri pada Syafina adalah menjadi guru pemb...