Syafina nampak kesal. Setelah kedatangan Elang tadi di kamarnya membuat Syafina kebingungan.
"Emangnya kalau ada dia kenapa coba?"
"Apa dia mau minta hafalan? Emang hafalannya mulai sejak kapan cuy? Ah!! Sama ngeselinnya kayak abang," ceriwisnya di dalam hati.
Namun begitu, ia tetap turun ke bawah. Menemui Ammar yang duduk di ruang tamu, dengan baju koko, sarung hitam, dan peci hitam melekat di kepalanya.
"Sial, kok ganteng sih? Kemarin perasaan b aja!"
Terlalu banyak membaca novel dan nonton drama korea membuat Syafina meninggikan selera dan tipe idamannya, tapi kenapa teman kakaknya ini bisa masuk di gerbang pertama? (Ganteng)
"Ganteng belum tentu baik, banyak cowok modal tampang tapi bejat, ingat Na!"
Entah, sejak tadi sepertinya Syafina sangat berisik dengan isi pikirannya sendiri.
Ia duduk di lantai, tepat di depan meja tamu di sela-sela sofa dan meja.
"Mau ngomong apa nih, diem-dieman? Masa gue yang ngomong duluan."Lima detik setelah berbicara di dalam hati, Ammar berdehem dan membuka perbincangan pertama mereka setelah beberapa kali bertemu.
"Ini pertemuan pertama, mau mulai menghafal dari Jus satu, atau selesaikan dulu Jus tiga puluh keseluruhan?" tanya Ammar yang mulai membuka sebuah kitab Al-Qur'an di tangannya.
"Jus tiga puluh, waktu kecil aku mudah hafal Jus tiga puluh, tapi hafalannya ilang," ucap Syafina sambil menunduk.
Ammar melihatnya, ia kemudian memberikan sebuah penunjuk baca kepada Syafina. Meletakkannya di atas meja, tepat di depan Syafina.
"Makasih."
"Sudah wudhu?" tanya Ammar.
Syafina menggeleng pelan. "Gak bilang-bilang kalau hafalannya hari ini, kirain nanti."
"Wudhu sekarang, saya tunggu," ucap Ammar.
Setelah kepergian Syafina, Ammar mengambil Al-Qur'an gadis itu yang ada di atas meja. Membukanya pada Jus 30, tak lama kemudian Syafina kembali dengan mukena hitam, rok cokelat dan wajah yang sedikit basah berkat air wudhu.
Tanpa sadar Ammar menatap Syafina sangat lekat sampai sang empu sadar dan berbalik menatapnya.
"Ngapain sih liat-liat, gue colok juga matanya lama-lama!" batin Syafina kesal saat sadar akan hal itu.
"Maaf."
Ucapan Ammar berhasil membuat Syafina menatapnya aneh."Buat?"
"Kamu gak suka saya liatin, kan?" tanya Ammar kini tanpa menoleh padanya.
"Kok tau?" Syafina menatap pria itu semakin aneh, seperti seorang dukun yang tahu isi hatinya saja.
Setelahnya tidak ada obrolan, Ammar menyuruhnya mulai membaca Jus 30 beberapa surah, kemudian mengarahkannya untuk mulai menghafal. Sambil Syafina sibuk menghafal, sambil Ammar perhatikan tanda baca dan pengucapan Syafina. Sesekali gadis itu dikoreksi ketika menyebutkan huruf yang salah.
"Bacaannya lumayan, cuman sedikit kurang tepat, suaranya juga bagus. Langit dan bumi sama kakaknya," batin Ammar ketika mengingat dulu Elang memintanya untuk membantu menghafal juga. Suara Elang bahkan tidak bisa dikatakan bagus, terlalu cempreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. A?
De TodoMenjaga jodoh sendiri, membuatnya tidak bisa menahan senyum tiap berjumpa. Ammar, yang sudah lama jatuh cinta dalam diam pada adik salah satu teman kuliahnya. Selama ini hal yang membuatnya bisa mendekatkan diri pada Syafina adalah menjadi guru pemb...