Hari ini Syafina menjalani hari-harinya dengan berat hati. Tidak ada Nayla. Sudah lewat seminggu Nayla tidak masuk kampus. Syafina jadi malas berkegiatan. Bahkan sampai saat ini, kelasnya sudah habis, tapi nampak Syafina yang lesuh. Dia duduk di kursi taman dekat parkiran.
Pikirannya buyar ketika seseorang tiba-tiba duduk di sampingnya. "Nayla belum masuk?"
Dia adalah Aji. Akhir-akhir ini Aji selalu datang menghampiri Syafina ketika mendengar kabar kecelakaan Nayla, niatnya hanya untuk menghibur Syafina agar tidak sedih, seperti saat ini.
"Gue kangen makan bareng dia di kantin. Walau tu anak sering minta di traktir," gumam Syafina pelan.
Tanpa sadar, Syafina tiba-tiba menyandarkan kepalanya di bahu Aji. Untuk mereka berdua, sudah biasa karena mereka sudah seperti kakak adik. Apa lagi permintaan Aji terakhir kali sudah di setujui oleh Syafina. (Ada di bab 7)
"Aku juga kangen sama dia."
Syafina mengangguk pelan. "Rencana kita terpaksa harus ditunda, sampai Nayla balik ke kampus."
Aji tersenyum ketika sadar akan hal yang sudah mereka berdua rencanakan. "Makasih ya Ina, udah mau bantu aku."
"Tapi kalau lo nyakitin temen gue, siap-siap aja gue cekik sampai lo mati, kak."
Aji berhasil tertawa atas celetukan Syafina barusan. "Iya-iya, aku janji bakalan serius sama Nayla. Dari waktu kalian ospek dulu, sebenarnya aku udah suka sama Nayla, dia orangnya lucu."
"Terus lo kenapa gak deketin dia dari dulu?" tanya Syafina heran.
"Ya karena aku takut, makanya aku minta tolong sama kamu. Soalnya kamu kan orang yang paling deket sama dia di kampus ini."
Ya mereka memang memiliki rencana untuk mendekatkan Aji dan Nayla. Dan alasan kenapa hampir sebulan ini Aji selalu mengikuti dan meminta waktu Syafina untuk mengobrol adalah untuk meminta bantuannya. Katakan saja Aji cemen, karena tidak berani secara langsung. Aji hanya akan mempelajari hal-hal yang Nayla sukai dari Syafina, dan akan lebih mudah jika ada orang dalam. Pikir Aji awalnya.
Tanpa di sadar, dari arah parkiran ada Ammar yang melihat keduanya. Melihat mereka mengobrol sampai tertawa dan tersenyum. Melihat Syafina yang menyenderkan kepalanya di bahu Aji. Ammar menghampiri dua orang yang menurutnya tengah bermesraan itu.
"Pulang."
Syafina yang kaget dengan kedatangan Ammar, tiba-tiba berdiri. Ia takut Ammar salah paham, dan akan melaporkannya ke Elang, atau ke Mawar. Bisa-bisa Syafina tidak dapat uang saku dan tidak bisa jajan.
"Saya tunggu di mobil, jangan lama."
Ammar meninggalkan keduanya, lalu kembali ke parkiran."Kak Aji, gue duluan ya. Bye bye!"
Aji melihat Syafina berlari, bahkan hampir tersandung oleh roknya sendiri.
"Kayaknya ada yang cemburu gue deket sama Ina," gumam Aji pelan.
- -🌙 - -
Di perjalanan pulang. Syafina merasakan ada yang beda dari Ammar. Ammar yang sudah mulai dekat dengannya dan banyak bicara, tiba-tiba kembali ke setelan awal, diam, dingin, dan tidak peduli sekitar. Ammar fokus mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Kak?" panggil Syafina. Berharap ada jawaban.
Sudah beberapa kali Syafina memanggil Ammar, tapi pria itu tak kunjung menjawab.
"Kak Ammar!" Kali ini dengan keberanian penuh, Syafina menambahkan intonasinya.
"Apa?" suara tenang, dan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. A?
RandomMenjaga jodoh sendiri, membuatnya tidak bisa menahan senyum tiap berjumpa. Ammar, yang sudah lama jatuh cinta dalam diam pada adik salah satu teman kuliahnya. Selama ini hal yang membuatnya bisa mendekatkan diri pada Syafina adalah menjadi guru pemb...