Kantin. Di sinilah Syafina dan Nayla berada, keduanya tengah asyik mengobrol sambil memakan roti dan kentang goreng. Tidak lupa Syafina dengan susu kotak rasa coklat kesukaannya.
"Kayak anak kecil, doyan minum susu," ejek Nayla.
"Emangnya lo gak suka minum susu? Enak tau!"
"Gue gak gitu suka, tapi kalau gratis rasanya jadi lebih enak sih." Nayla terkekeh pelan akibat ucapannya sendiri.
"Itu mah mau lo ajs buat di traktir."
Ketika sedang asyik mengobrol, tiba-tiba seorang pria duduk di samping Syafina. Meletakkan nampan berisi dua cup kentang goreng.
"Boleh gabung, kan? Gue bawain kalian kentang goreng, dari tadi kayaknya makan ini mulu. Tenang aja, yang ini gratis kok."Bukan Ammar, bukan Dito, apa lagi Bara. Dia adalah Aji, dari ucapannya tadi membuat Nayla tersadar akan sesuatu. "Wah berarti dari tadi kak Aji merhatiin kita ya?"
Aji tersenyum. "Dikit, iyakan Na?" Aji beralih menatap Syafina dengan pipi sedikit memerah.
"Iya kali," balas Syafina ngasal sembari mengambil satu cup kentang dari nampan Aji. Lagi pula, itu dibeli untuknya dan Nayla kan? :)
Nayla dan Syafina lumayan menikmati makanan gratis itu, apa lagi harga kentang di kantin Cipta Bangsa ini sedikit lebih mahal dari pada kentang goreng di SMK Syafina dulu.
"Oh iya, Ina pulang jam berapa?" tanya Aji memecahkan keheningan sesaat.
"Abis ini udah mau pulang."
Aji mengangguk. "Mau bareng? Nanti aku traktir."
Nayla menatap heran ke arah Syafina dan Aji. Apakah ada hubungan yang dirinya tidak ketahui.
Sementara Nayla sudah muak, tiga hari terakhir ini Aji selalu menguntitnya, selalu mendekatinya dan berusaha untuk mengobrol banyak dengan Syafina. Karena suatu hal.
"Gak."
Jawaban Syafina melunturkan senyum di wajah Aji."Gue aja kak, gue juga suka makan, tapi gak banyak. Takut gendut hehe," tawar Nayla.
Semenjak berteman dengan Syafina selama satu semester ink membuat Nayla sedikit berubah, biasanya dia tidak terlalu cerewet, pendiam, dan tidak enakan. Tapi ia sering di nasihati oleh Syafina agar tidak terlalu bodo untuk menjadi perempuan tangguh.
Aji berusaha menahan senyumnya tapi ia sedikit gugup, tapi sungguh pipinya yang memerah itu tidak bisa bersembunyi. "Ngg, nggak usah deh, gue pengennya ngajak jalan Ina."
Aji berdiri dari duduknya. "Gue duluan ya, kalian habisin aja kentangnya."
Aji menepuk bahu Syafina singkat. "Kalau ada waktu, aku pengen ngobrol sama kamu, ya?"
Aji pergi meninggalkan kantin. Sementara Nayla menatap kepergian Aji, beralih menatap sahabatnya. "Lo ada hubungan ya sama kak Aji? Hayo ngaku! Masa jadian gak ada makan-makannya sih, gak asik ah!"
"Siapa yang jadian, dia tuh suk-" Syafina menghentikan ucapannya ketika sadar hampir saja keceplosan akan suatu hal.
"Apa?"
"Gak ada apa-apa," elaknya.
"Ngomong gak jelas banget sih!"
- -🌙 - -
Setelah dari kantin tadi, Syafina berjalan ke taman yang tak jauh dari parkiran. Dia belum melihat Ammar di sana, jadi dia memutuskan menunggu pria itu di kursi taman saja.
Siapa yang di tunggu, siapa yang datang. Aji duduk di samping Syafina ketika tidak sengaja melihatnya di sana. "Hai, Ina."
Syafina melirik, kemudian menghela napasnya. "Hm."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. A?
De TodoMenjaga jodoh sendiri, membuatnya tidak bisa menahan senyum tiap berjumpa. Ammar, yang sudah lama jatuh cinta dalam diam pada adik salah satu teman kuliahnya. Selama ini hal yang membuatnya bisa mendekatkan diri pada Syafina adalah menjadi guru pemb...