15. Gundah

218 12 0
                                    

Melati mengaduk kopi sambil sesekali mengelus perutnya yang sudah semakin besar. Sudah 3 bulan genta bekerja di pabrik sebagai karyawan produksi. Genta bekerja 2 shiff dimana setiap minggunya akan berganti shiff malam dan pagi selama 12 jam bekerja. 8 jam kerja normal dan 4 jam kerja lembur. Pukul 6 sore melati sudah menyiapkan 2 kotak bekal dan camilan, satu botol air minum dan termos hangat untuk kopi.

" Hari sabtu ini kayaknya aku mau ambil lemburan". Ucap genta sambil memakai jaket di tubuhnya. Genta bekerja hanya selama 5 hari kerja dan biasanya sabtu dan minggu digunakan untuk lemburan jika tingkat orderan di pabrik tersebut meningkat.

Melati mau tak mau dia akan menghabiskan waktunya di dalam kontrakan sendirian jika genta bekerja. Dia sering di tawari untuk keluar mengobrol dengan para ibu ibu tapi melati mencoba menghindari segala interaksi orang luar. " Aku belum tau nanti bisa cuti atau ga tapi sebisanya aku usahain ".

Melati tersenyum lembut sambil memberikan tas bekal kepada genta. Genta mengecup kening melati dan sedikit berpamitan dengan anaknya yang masih dalam perut melati. Genta sudah berhenti di bengkel tempatnya bekerja setelah 2 bulan bekerja di sana. Padahal untuk para karyawan dan pemilik bengkel itu sudah sangat mengenal baik dengan genta dan genta sendiri sudah merasa sangat nyaman bersama para pekerja bengkel. Untuk itu genta di kota ini memiliki teman dengan para karyawan bengkel.

Setelah menghantar genta berangkat bekerja melati kembali masuk kedalam kontrakannya untuk berbenah. Menyapu, mencuci piring,mencuci baju, memasak dan melakukan berbagai pekerjaan rumah sendiri di saat dirinya hamil besar. Adapun saat genta jika tidak bekerja dia akan mengantikan melakukan pekerjaan rumah dan menyuruh melati beristirahat. Kehamilan yang semakin tua membuat gerak melati terbatas karena perutnya yang semakin besar.

Usia kehamilan melati sudah menginjak 8 bulan dan dalam hitungan beberapa minggu akan memasuki usia 9 bulan. Barang perlengkapan bayipun sudah menumpuk di kamar mereka. Di usia kehamilan yang tua, genta tak mampu untuk senantiasa menemani melati. Dia hanya akan menemani di rumah pada hari libur kerjanya, karna sebagai karyawan baru cuti untuknya belum tersedia.

Genta akan hanya akan menelpon setiap jam istirahatnya, memantau keadaan melati dirumah. " Genta, kenapa ngelamun kau". Seorang dari belakang menepuk pundak genta . Pemuda tampan itu menoleh danmendapati seorang yang seusianya duduk di sampingnya sambil membawa sepiring nasi yang sudah di belinya di kantin pabrik.
" Ga papa" Ucap genta pelan. Pemuda di sebelah genta menatap genta diam. " Apalah kau ni gen, ceritalah sama aku".

" Aku ni dah anggap kau tu saudara lo gen, kau tak anggap aku kah. Apa apa kau diam pendam sendiri. Ceritalah siapa tau kau lega cerita sama aku ni".

Genta mengehembuskannafas berat matanya melirik pemuda di sampingnya itu yang masih menatapnya . " Ibuk aku sakit ron".

Pemuda yang dipanggil ron oleh genta itu masih diam menunggu genta yang seperti ingin melanjutkan bicaranya. " Katanya sakitnya parah" ucap genta lirih dengan menundukkan kepalanya. Ron yang di sebelahnya mengusab bahu tegap genta. " Kau baleklah, mintalah cuti. Tengok ibuk kau gen, jangan kau cari uang banyak banyak tapi disana ibuk kau sakit ". Gentapun sangat ingin melihat kondisi bundanya tapi bagaimana dengan melati? Tidak mungkin dia akan meninggalkan melati yang hamil besar dan sangat tidak mungkin jika dia membawa melati melihat ibunya.

Genta hanya menghembuskan nafasnya. Ron yang di sebelahnya hanya menepuk pundaknya dengan kata kata membujuknya pulang tanpa tahu keadaannya yang begitu rumit. Dia hanya mengangguk dan tersenyum kepada ron tanpa mengatakan banyak hal mengenai kondisinya saat ini.

Pukul 7 malam genta memasuki rumah yang di kontraknya. Dia mendapati seluruh rumah yang masih gelap tanpa ada penyinaran lampu yang menerangi. Jantungan berdetak kuat takut sesuatu terjadi, sangat tidak biasa jika sudah malam seperti ini melati tidak menyalakan lampu rumah. " Melati"

MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang