9. Terpesona

302 13 0
                                    

Pulang sekolah seperti biasa waktu menunjukkan pukul 13.30 tapi langit yang mendung membuat suasana seperti sudah akan menjelang magrib. Begitu gelap gulita.

" Kayaknya mau hujan deras ". Ucap melati pada dirinya sendiri saat berjalan menuju rumahnya.

Sisa hujan semalam masih belum hilang tapi hujan lebat akan turun lagi dari langit.

Sebenarnya setelah ini dia berencana ikut bekerja di ladang pak yanto yang sedang memanen kentang. Tapi melihat cuacanya yang akan turun hujan sepertinya panenpun juga akan di undur.

Sampai di depan rumahnya melati melihat sebuah kantong kresek putih tergantung di gagang pintu rumahnya.

Di melihat sebuah stereform putih dengan seplastik kerupuk dan lalapan di dalam kantong kresek itu.

" Dimakan cantik ku, seperti biasa malam aku main jadi jangan tidur dulu"

Tulisan dari secarik kertas yang sama berada di dalam kantong plastik. Melati tersenyum melihatnya.

Seperti apa yang di prediksi melati, hujan yang sangat deras mengguyur di sertai dengan angin dan petir yang sangat keras. Dirinya meringkuk di ranjang dengan selimut membungkus tubuhnya, menghalau rasa dingin yang menembus tembok usang dirumahnya.

Ketika matanya hampir terpejar, melati terperanjat saat suara ketukan pintu terdengar . Dia sedikit bingung, atas siapa yang akan bertamu dirumahnya saat hujan deras seperti ini.

Dengan membawa jaket untuk melindungi tubuhnya dari rasa dingin, melati berjalan menuju ruang tamu untuk membuka pintu. Dia terkejut saat mendapati tubuh basah kuyub genta yang berdiri di depan rumahnya. Seperti merasa dejavu, dia sedikit terdiam melihatnya.

" Melati... Dinginnn". Ucap genta dengan suara bergetar dan gigi bergelatuk. Melati yang tersadar langsung membawa genta masuk rumahnya .

" Gausah duduk, langsung mandi aja genta".
Melati membawa genta menuju kamar mandi rumahnya sambil memberi handuk kering yang di jemurnya di depan kamar mandinya. " Mau kubuatkan air hangat".

Genta hanya menggeleng sambil segera memasuki kamar mandi. Melati membawa dirinya untuk membuat sesuatu yang hangat. Dia membuat kayu api dari tungku untuk memasak air panas yang nantinya akan dibuatnya teh jahe untuk menghangatkan tubuh genta yang kedinginan.

" Melati, bajuku basah".
Genta yang keluar dari kamar manti membuat melati menoleh kearahnya. Dia lupa menyiapkan baju untuk genta, tapi bajunya..

" Lah,, aku ga ada baju laki laki gen".

Sama sama terdiam mereka hanya diam berfikir. " Baju seadanya aja deh mel. Punyamu ga papa masak aku ga pakek baju gini".

Melati segera menuju kamarnya diikuti genta di belakangnya. Dia membuka lemari dan memilah tumpukan rapi baju-bajunya.

" Bajuku kecil kecil pada muat ga ya gen di kamu".

Genta yang dibelakangnya hanya ikut melihat yang dilakukan melati. " Ini aja deh kayaknya bisa". Genta yang hendak menarik salah satu baju dilemari membuat dia mengungkung melati yang ada di depannya. Tubuhnya yang masih telanjang dan hanya di balut handuk sebatas pinggul bersentuhan dengan tubuh melati di depannya. Seketika keduanya merasa sengatan getar sesaat.

Genta berdehem untuk memecah suasana yang canggung. " Itu aja lah mel, yang penting pakek baju".

"Emm..mm. iya".

Melati meraih baju kaos hitam yang sempat di pegang genta, memberikannya tanpa mampu melihat wajah pemuda itu.

" Ahh.. celananya gen...aku rasa celanaku ga bakal muat kamu pakek. Kalau sarungan aja gimana?".

MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang