6. menginap

441 15 1
                                    

Genta meletakkan secangkir teh hangat di meja dekat ranjang melati. Tangan besarnya meraba kening melati sebelum gadis itu menepis lembut tangan genta.

" Aku tu luka gen, bukan demam. Ya ampun".
Ujar melati kesal. Sedari pulang dari puskermas dia terus melihat tingkah genta yang menurutnya lebay itu.

Sebenarnya diapun terluka tidak telalu parah, lengannya pun tidak perlu harus di jahit, lututnya juga hanya sedikit tergores. Semuanya tidak membuat melati menjadi lemah tak berdaya dan hanya genta yang membuatnya terlihat sakit parah.

" Maaf ya mel, semua gara gara aku". Kata genta yang terlihat menyesal.

Melati meraih tangan genta tanpa sadar, mengusapnya lembut membuat sang pemilik tangan mendongak melihatnya.

" Ga papa gen, aku ga papa lo".

Genta menghembuskan nafas berat." Kamu ini makanya, jangan kagetan. Jadi orang harus kuat dong ".

Melati sedikit bingung. Apa hubungannya terkejut dengan kuat. Pikirnya mungkin karena kuat yang tidak mudah jatuh kali.

" Kamu dah makan mel". Bukan tanpa apa genta bertanya hal itu, dia baru saja dari dapur dan hanya melihat nasi putih tanpa lauk di dapur melati.

"Oo iya, bekal aku gen. Mana belum ku makan sama sekali. Semua lauknya kubawa tadi. Yah sayang banget".

Genta megusap rambut melati sekilas. Dia berdiri mencari kunci motornya yang berada di sebelah melati sambil mengambil jaketnya. Di luar sedang hujan gerimis padahal jam masih menunjukkan pukul 9 pagi.

"Aku keluar dulu kalo gitu mel".

"Eh mau kemana".

Genta melirik melati sambil memakai jaketnya. " Aku laki harus tanggung jawab dong".

" Haah?? Gimana?".
Genta tak menjawab apapun dan pergi meninggalkan melati yang bertanya tanya.

****

Tengah hari seorang wanita paruh baya berjalan menyusuri tapak jalan kecil di kebun teh. Tangannya membawa rantang makanan sambil sesekali menyeka peluh dengan sapu tangan biru muda itu.

" Ehh bu ratna, selamat siang. Lagi libur ngajar ya bu?".

Ucap salah satu pekerja kebun teh. Para pekerja kebun saat ini sedang berkumpul di bawah pohon besar sambil bersama sama menikmati makan siang mereka. Wanita paruh bawa yang membawa rantang itu tersenyum lembut.

" Iya too bu, inikan wong hari minggu. Libur begini siapa yang mau di ajar".

Para pekerja hanya tertawa kecil menanggapi wanita yang merupakan istri dari bosnya itu.

"Iya ya bu ratna. Eh ini sepertinya mau nganter makanan buat pak bayu ya bu, lha kok tumben sekali".

" Enggak lah bu, bapak itu kalau mau makan siang biasanya pulang. Ini mau antar buat genta, katanya hari ini mau bantu bapaknya. Itu anak kalau ga di ingakan buat makan ga pernah makan, yaa sama sekali kali liat kebun ".

Para pekerja kebun hanya ber ohh ria.
" Jangan sekali kali to bu, yoo berkali kali ".

Bu ratna dan pekerja hanya tertawa kecil menanggapi celetuk dari salah satu pekerja.

"Eh bu, tadi den genta kayaknya ngantar melati deh bu". Salah satu petugas yang merupakan teman melati ikut bersuara.

"Melati?".

" Iya bu ratna, tadi genta ngantar melati yang jatoh berdarah darah bu".

" Lhoo lha kok bisa?". Ucap bu ratna terkeju.

MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang