Tepat di akhir bulan ini hari peringatan kematian seseorang yang sangat mereka hormati. Keduanya tengah duduk bersimpuh di samping dua makam itu sembari meletakkan bunga krisan putih di atasnya.
"Bunga mawar putih lagi, Bu."
Sang ibu pun menatap lekat bunga mawar putih yang sudah berada di atas dua makam itu. Tentunya seseorang sudah datang lebih dulu sebelum mereka berdua dan itu berulang kali setiap tahunnya sejak lima tahun lalu.
"Mungkin seseorang yang mengenal mereka," sahut ibunya.
"Siapa selain kita?" tanya pria itu.
Tidak ada jawaban yang jelas, hanya gelengan kepala sang ibu serta senyum tipis yang diberikan pada putranya. "Siapapun itu, dia datang dengan tulus untuk mereka."
Padahal rasanya baru kemarin Yeon Na tiba di Berlin tapi hari ini sudah terhitung sebulan ia berkuliah dan baru beberapa menit yang lalu dirinya pulang dari kampus. Rasa suntuk kini membuatnya tak betah di apartemen. Akhirnya Yeon Na memilih keluar sendiri karena Hyeji pun belum pulang dari kampus.
Dibanding berjalan kaki, sepertinya bersepeda lebih seru sambil menikmati suasana sore ini, pikirnya. Yeon Na pun memutuskan menyewa sepeda setelah mengingat salah satu toko penyewaan sepeda yang tidak jauh dari apartemennya.
"Apa aku minta pada Daddy ya agar dibelikan sepeda, pasti asik kalau bersepeda ke kampus," gumam Yeon Na. Ia mengayuh pelan sepeda yang sudah ia sewa mengelilingi jalanan.
"Ah iya, bagaimana dengan Hyeji nanti. Dia malas sekali diajak bersepeda, yang ada malah mengeluh capek. Bukan ide bagus sepertinya." Yeon Na mengurungkan niatnya, tidak ingin mendengar alasan Hyeji yang mungkin akan mengatakan make-up di wajahnya akan luntur karena keringat.
Roda sepeda itu terus berputar seiring kaki Yeon Na mengayuh pedal. Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit, ia kini sudah berada di area universitas dengan kaos berwarna merah muda dan celana pendek, juga topi abu-abu miliknya.
"Mau foto dulu ah." Yeon Na mengeluarkan ponselnya lalu menyalakan kamera depan untuk mengambil foto selfi.
Bibir Yeon Na tersenyum pada kamera setelah ponsel itu sedikit terangkat untuk menunjukkan jika dirinya berada di universitas kemudian ia akan mengirimkan beberapa foto itu pada Hyeji.
"Kenapa cantik sekali, sepertinya aku tidak bisa jelek."
Yeon Na tertawa karena bangga saat memuji dirinya sendiri. Berbagai foto pun ia ambil dengan banyak pose. Hingga ia menyadari sesuatu yang janggal dari apa yang ditangkap oleh kameranya. Matanya sontak memicing sembari jarinya mengambil banyak foto. Secepatnya ia membuka galeri foto, lalu memperbesar foto itu untuk melihat pria yang sejak tadi memandangnya dari kejauhan.
Detik itu juga bulu-bulu tangannya seketika merinding, ponsel yang ia pegang dengan cepat dimasukkan ke dalam tas kecilnya. Topi yang ia gunakan semakin dieratkan, bersiap untuk mengayuh pedal sepedanya dan melaju meninggalkan universitas tanpa berani menoleh ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐞𝐱𝐲 𝐔𝐧𝐜𝐥𝐞 [𝐌]
FanfictionJatuh cinta, itulah yang dirasakannya ketika terbayangkan sosok pamannya. Pria tampan juga seksi itu selalu mengisi pikiran dan hatinya. Setiap saat yang ia bayangkan hanya kehidupan bahagia jika menikahi sang Paman tapi itu hanya sesuatu yang bisa...